Antre Bonek

Dahlan Iskan

Antre Bonek
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Saya tetap bangun jam 03.00: cari komentar pilihan. Masih jam 3 sore di Jakarta. Sebenarnya masih terlalu dini dari kebiasaan. Minta maaf pada komentator rebahan yang kirim komentar setelah jam itu. Saya pasti melewatkannya hari itu.

Baca Juga:

Saya juga harus menulis naskah untuk Disway. Juga terlalu dini dari jadwal biasanya. Namun, apa boleh buat. Terlalu telat kalau menunggu selesainya sidang. Bisa saja saya tulis sambil antre. Tetapi siapa tahu antrean pendek.

Saya begitu disiplin menjaga deadline Disway. Di mana pun saya berada. Pun di balik dunia ini, yang sore di Jakarta subuh di Amerika. Agar setiap jam 04.00 WIB Disway bisa terbit. Maka ketika membaca ada komentar hari itu jam 04.00 belum terbit saya nyaris jadi Prof Pry.

Beres. Jam 04.00 Lia sudah bangun. Saya minta maaf membuat tidurnya lebih pendek. Dia harus membantu saya membukakan pintu luar apartemen. Lia jadi Bu RT di Queens. Biasa terima pengaduan warga jam berapa saja.

Lia juga yang memesankan Uber sore kemarin. Uber datang tepat waktu: 04.00. Sejenis Alphard. Sopirnya Tionghoa. Saya pun bernihao dengannya. Saya jadi tahu asalnya dari mana di Tiongkok sana. Bagaimana dia menjemput istri dan anak untuk ikut tinggal di Amerika.

Perjalanan Queens - Manhattan lancar. Setengah jam lagi tidak akan seperti itu --yang biasa komuter Depok-Jakarta akan bisa memahaminya.

"Tujuan Anda pengadilan?" kata Si Nihao terheran-heran sambil kembali melihat alamat di pesanan.

"Dui le," jawab saya. Entah bagaimana kok keyboard HP saya ini berubah: tidak bisa menulis huruf kanji.

Erick harus jemput saya dulu. Jam 04.00 berangkat dari rumah James. Jaraknya satu jam juga ke pengadilan, tempat Presiden Donald Trump disidangkan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News