Antre Bonek

Dahlan Iskan

Antre Bonek
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Apalagi di kedinginan seperti ini. Pasti. Apalagi saya minum air putih banyak setiap pagi: setengah liter ketika bangun. Terbiasa. Lalu menelan obat pertama. Minum lagi.

Setelah milih komentar, menelan obat kedua. Minum lagi. Total 1 liter. Dua jam setelah itu pasti harus ada exitnya. Pada jam itu antrean tidak bisa ditinggalkan.

Akan tetapi saya kan membawa minuman satu botol. Untuk diminum dua jam kemudian. Setelah kosong botol itu bisa jadi toilet kecil.

Dalam hal ini wartawan seperti tentara: apa saja bisa. Saya tinggal sedikit menyingkir ke balik pohon.

Botol diselipkan di balik jas. Botol segera penuh kembali. Hanya berubah warnanya. Teknologi tisu basah harus diapresiasi.

Di Amerika tong sampah di mana-mana. Tong terdekat itulah terminal akhir botol cairan kuning muda itu.

Saya sudah sering jadi terminal akhir botol seperti itu. Dulu sekali. Di stadion. Dilemparkan dari tribun. Terutama kalau Persebaya kalah.

Kini Persebaya tetap kalahan. Justru saya yang ganti melemparkan botol seperti itu.

Erick harus jemput saya dulu. Jam 04.00 berangkat dari rumah James. Jaraknya satu jam juga ke pengadilan, tempat Presiden Donald Trump disidangkan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News