Antrian di Pusat Rehabilitasi Narkoba Milik Pemerintah Australia Disorot

Antrian di Pusat Rehabilitasi Narkoba Milik Pemerintah Australia Disorot
Antrian di Pusat Rehabilitasi Narkoba Milik Pemerintah Australia Disorot

Professor Rebecca McKetin dari Universitas Nasional Australia (ANU) mengatakan, daftar tunggu yang panjang untuk pengobatan adalah sebuah halangan bagi rehabilitasi yang sukses karena penelitian menunjukkan bahwa orang yang lebih cepat masuk ke rehabilitasi, semakin baik kesempatan yang mereka miliki untuk lepas dari ketergantungan.

'Anda harus mendapat momen itu, karena keinginan pengguna, keinginan mereka untuk mengurangi penggunaan narkoba, mungkin merupakan faktir terkuat dari keberhasilan pengobatan," jelas Profesor Rebecca.

Ia menerangkan, "Di situlah kami perlu kapasitas yang lebih baik sehingga kami bisa memberi bantuan dengan cepat ketika mereka memutuskan ingin mengurangi penggunaan narkoba."

Dua mantan pengguna sabu, yang sudah insaf, menjelaskan bagaimana mereka kambuh dua kali meskipun dirawat di klinik swasta dengan biaya puluhan ribu dolar.

Isabelle, seorang perempuan berusia 24-tahun dari Melbourne, membayar 40.000 dolar (atau Rp 400 juta) untuk pengobatan tiga bulan di sebuah klinik swasta di Melbourne, tapi ia lantas kambuh dalam waktu seminggu.

"Rasanya saya seperti akan mati jika saya tak mendapatkannya dan setelah saya lakukan, saya akan tenang secara fisik, tubuh saya tak menginginkannya lagi. Psikosis mental kemudian akan datang,” kisah Isabelle, yang pertama kali mengisap sabu pada usia 17 tahun.

Jimmy, 38 tahun, telah menggunakan sabu selama 13 tahun dan mengatakan, ia hanya bertahan 72 jam di sebuah klinik rehabilitasi sebelum akhirnya pergi.

Ia mencoba lagi di sebuah klinik Thailand yang bertarif 13.000 dolar (atau Rp 130 juta) per bulan. Setelah 30 hari ia siap untuk pergi sampai sang ibu berbicara dengannya di telepon.

Beberapa bulan terakhir, Pemerintah Australia meluncurkan kampanye kesadaran publik akan bahaya narkoba. Namun para pengguna yang ingin lepas dari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News