Apakah Caleg Perempuan Hanya Sekedar Untuk Penuhi Kuota Perempuan di DPR RI?

Apakah Caleg Perempuan Hanya Sekedar Untuk Penuhi Kuota Perempuan di DPR RI?
Apakah Caleg Perempuan Hanya Sekedar Untuk Penuhi Kuota Perempuan di DPR RI?

Alumnus dari Monash University di Australia yang pernah bekerja di Komis 1 dan 10 ini juga ingin anggota dewan perempuan lebih meningkatkan perannya, bukan sekedar meningkatkan jumlah mereka.

"Anggota parlemen yang ada saat ini bukannya tidak perform, tapi mereka harus lebih diberi pemahaman lebih tentang isu-isu yang sensitif gender."

Ia mencontohkan saat pembangunan infrasturktur di era Presiden Joko Widodo meningkat, seharusnya anggota parlemen perempuan lebih pertimbangkan kepentingan perempuan, seperti memberi masukan agar anak tangganya dibuat pendek-pendek demi kenyamanan perempuan.

Irine juga menyayangkan peran anggota DPR perempuan di komisi 8 yang membiarkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual ditolak, yang dianggapnya "tidak menjadi perhatian mereka untuk diperjuangkan".

Pendidikan politik untuk perempuan

Apakah Caleg Perempuan Hanya Sekedar Untuk Penuhi Kuota Perempuan di DPR RI? Photo: Sara Djojohadikusumo terjun ke politik karena merasa terpanggil. (Supplied)

Meski awalnya tak menyukai politik, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, usia 33 tahun, mengaku terjun ke dunia politik di tahun 2013 lewat pengalaman spiritualnya.

"Tiga minggu puasa, tiga minggu pergumulan, pada akhirnya di suatu Jumat saya turun ke lantai bawah [rumah] … mau sarapan, saya angkat koran yang di dalamnya ada satu kasus kekerasan terhadap perempuan," ujarnya yang akrab dipanggil Sara dan merasa langsung terpanggil jadi politisi.

Caleg asal dapil DKI Jakarta 3 yang juga keponakan calon presiden Prabowo Subianto merasa masih kurangnya perempuan di Indonesia yang paham soal hak politik dan bagaimana pilihan politik dapat mempengaruhi masa depannya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News