APPI Mengadu ke Komisi X
Jumat, 08 Februari 2013 – 08:03 WIB
Hal senada diungkapkan Jefri Riwu Kore. Jefri meminta regulasi terkait kesehatan finansial klub harus diperketat. Sebelum kompetisi dimulai, klub harus diaudit terkait kemampuan mereka membayar gaji pemain selama satu musim ke depan. Jika tak mampu, klub dilarang ikut kompetisi. "Harus tegas," katanya.
Di bagian lain, CEO PT Liga Indonesia yang menaungi ISL mengatakan, pembubaran klub bukanlah solusi. Sebab, jika dibubarkan klub justru semakin tak mampu membayar hutang-hutangnya. Apalagi persoalan itu merupakan akibat dari dualisme PSSI pasca suksesi 2011 silam. Dualisme tersebut, kata dia, berpengaruh terhadap industri sepakbola yang berakibat pada ketidakmampuan klub meraup pendapatan seperti yang mereka rencanakan.
Saat ini, kata dia, solusi yang bisa dilakukan adalah membikin termin-termin untuk pelunasan. Karena besarnya gaji yang harus dibayar, klub tak bisa langsung melunasinya. Tapi, pembayaran bisa dilakukan dalam beberapa gelombang.
"Hutang tetap hutang, harus dibayar. Tapi membubarkan klub justru akan semakin banyak korban. Berapa banyak karyawan dan masyarakat yang terlibat dalam industri ini yang jadi korban," katanya. (aga/aam)
JAKARTA - Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) terus berupaya memperjuangkan hak-hak pemain yang dikemplang klub. Organisasi pimpinan
BERITA TERKAIT
- China Gempar! Timnas Indonesia Tiba Lebih Dahulu dari Tuan Rumah
- Hasil UEFA Nations League: Jerman Menang Atas Bosnia, Belanda vs Hungaria Berakhir Imbang
- 76 Indonesian Downhill 2024, Para Downhiller Elite Siap Taklukkan Ternadi Bike Park Demi Gelar Juara
- Le Minerale jadi Official Mineral Water di Jakarta Running Festival 2024
- Bitera Data Center Jadi Sponsor dalam Ajang Jakarta Running Festival 2024
- Menpora: Inpres 3/2019 Jadi Titik Balik Kebangkitan Sepak Bola Indonesia Hingga Bangun TC di IKN