APTRI: Bulog Gagal Stabilkan Harga Gula
“Impor tersebut selain mengakibatkan petani tebu merugi, juga tidak berpengaruh pada stabilisasi harga gula di tingkat eceran. Anehnya lagi, sebagian gula impor tersebut saat masih berada di gudang”, pungkas Soemitro.
Selain itu, DPN APTRI juga mengingatkan penegak hukum, baik Polri maupun KPK untuk segera mengusut adanya dugaan fee Rp 1000 dari setiap kg raw sugar impor yang diduga diberikan kepada oknum Bulog.
Selain kegagalan menstabilkan harga gula, urgensi pemerintah untuk mengevaluasi Bulog juga terkait kebijakan pembelian pabrik gula PT Gendhis Multi Manis (PT GMM) oleh Perum Bulog pada September 2016.
Akuisisi perusahaan gula swasta di Blora, Jawa Tengah dinilai APTRI menimbulkan tanda tanya besar. Pasalnya, saat ini rencana penutupan 11 pabrik gula BUMN sudah didepan mata.
Seharusnya, Bulog mengambil alih pabrik-pabrik tersebut, tanpa harus mengeluarkan biaya sebagaimana yang dilakukan dengan pembelian PT GMM.
“Hasil kajian Bahana Securitas menyimpulkan bahwa perusahaan tersebut tidak efisien. Tapi anehnya Bulog tetap ngotot membelinya. APTRI sudah menginformasikan juga temuan ini ke Indonesia Coruption Watch bulan lalu. Saat ini masih dikaji,” pungkasnya. (dil/jpnn)
Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPN APTRI) Soemitro Samadikoen menilai Bulog gagal melaksanakan amanat
Redaktur & Reporter : Adil
- Memperkokoh Peran Bulog, Mengamankan Pangan Nasional
- Jokowi Bilang Bakal Bisiki Prabowo Soal Hal Penting Ini
- Kepengurusan Baru, Akindo Fokus pada Kolaborasi & Ketahanan Pangan
- Bulog Masih Melakukan Penjajakan untuk Akuisisi Produsen Beras di Kamboja
- Bulog Gelar IIRC 2024 di Bali, Bahas Keresahan Soal Beras Global
- Gandeng Bulog, PT GSI Ekspor Produk Kelautan dan Perikanan