APTRI Tolak Subsidi Pupuk ZA Dicabut dan Minta Kenaikan HPP Gula
Khabsyin kemudian membeberkan sudah dua tahun ini pupuk mengalami kelangkaan, baik yang subsidi maupun nonsubsidi.
Di samping itu, yang lebih ironis pupuk nonsubsidi selama ini tidak ada harga eceran tertinggi (HET) nya sehingga harga tidak terkendali.
"Perlu diingat tanaman yang kurang pupuk berakibat turunnya produksi harga pupuk urea nonsubsidi saat ini mencapai Rp 12 ribu per kilogram (Rp 1,2 juta per ku)," ujar Khabsyin.
Lebih lanjut, Khabsyin menjelaskan harga pupuk ZA non subsidi telah mencapai Rp 6 ribu per kikogram (Rp 600 ribu per ku).
Artinya, jumlah tersebut jauh lebih tinggi dari harga pupuk subsidi jenis urea yang hanya Rp 2.250 per kikogram (Rp 225 ribu/ku) dan ZA yang hanya Rp 1.700 per kilogram (Rp 170 ribu/ku).
"Harga pupuk nonsubsidi saat ini sangat tidak rasional dengan besaran HPP gula yang hanya sebesar Rp 9.100 per kilogram dan HET 12.500 per kilogram. Biaya produksi petani tiap tahun terus meningkat, sementara hasil yang diperoleh tidak sebanding," ungkapnya.
Oleh karena itu, Khabsyin menyatakan APTRI secara tegas menolak pencabutan subsidi untuk pupuk ZA.
"Selain itu, APTRI juga menuntut ada kenaikan HPP gula tani sebesar Rp 12 ribu per kilogram serta penghapusan HET gula," pungkasnya. (mcr28/jpnn)
DPN APTRI menolak pencabutan subsidi pupuk berjenis ZA. Simak penjelasan Sekjen DPN APTRI M Nur Khabsyin
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Wenti Ayu
- 7 Manfaat Rutin Minum Kopi Tanpa Gula, Tekanan Darah Bakalan Tetap Terkendali
- Bahlil Klaim Penerimaan Subsidi BBM Mencapai 98 Persen
- Realisasi APBN untuk Subsidi BBM hingga Listrik 2024 Capai Rp 434,3 Triliun
- Mendes Yandri: Saya Ingin Program Makan Siang Gratis Berhasil di Jambi
- Komisi IV DPR Mendukung Langkah Pemerintah Pangkas Alur Distribusi Pupuk Bersubsidi ke Petani
- Komisi IV DPR Akan Mengawal Kenaikan HPP Gabah dan Jagung Agar Berdampak Bagi Petani