Arah Baru Arab Saudi: Menjauh dari Amerika, Mendekat ke Rusia
Kontak-kontak informal sudah dijalin dengan Iran, melalui pemerintahan Irak ang sama-sama Arab tetapi berpemerintahan dan berpenduduk mayoritas Syiah seperti Iran.
Bukan hanya dengan Iran, Saudi juga tak lagi keras terhadap Israel, sampai membiarkan sekutu-sekutunya seperti Oman, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko, menormalisasi hubungan diplomatik dengan Tel Aviv.
Di pelataran global lainnya, Saudi tak lagi cuma melihat kawan dari satu keyakinan.
Mereka kini melihat mitra dari perspektif yang lebih pragmatis, bahwa apakah negara itu secara ekonomi menguntungkan Saudi atau tidak.
Itu adalah manifestasi lain dari sikap menomorsatukan kepentingan nasionalnya.
Ekspresi nyata dari sikap itu tercermin dari saat mereka menswastanisasi perusahaan minyak terbesar di dunia, Saudi Aramco.
Para penguasa Saudi dipimpin Raja Salman, malah safari ke Asia Timur untuk menjumpai Indonesia dan berakhir di China, karena uang ada di sini, karena yang mampu membeli minyak Saudi Aramco ada di kawasan ini.
Tak hanya itu, Saudi tak mau lagi hidup dalam satu opsi sekutu, entah itu Amerika Serikat atau lainnya. Mereka bahkan tak ingin lagi mewajibkan konsumen minyaknya memakai dolar AS.
Saudi bahkan sudah tak lagi ingin menjadi dermawan tanpa pamrih bagi tetangga-tetangganya di dunia Arab atau negara-negara Muslim lain di dunia ini
- Dokter Asal Arab Saudi Pelaku Serangan yang Menewaskan 2 Orang di Pasar Natal
- Forum Pemuda Indonesia-China: Generasi Muda Jadi Jembatan Kerja Sama
- Demi Perdamaian, Negara Tetangga Minta Ukraina Ikhlaskan Wilayahnya Dicaplok Rusia
- Semifinal BWF World Tour Finals 2024: Ganda Campuran China dan Malaysia Saling Sikut
- Dunia Hari Ini: Donald Trump Menjadi 'Person of the Year' Majalah Time
- Resmi, Arab Saudi Tuan Rumah Piala Dunia 2034