Ari Dian

Oleh: Dahlan Iskan

Ari Dian
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Anda sudah tahu: pramugari tidak boleh membuka pintu kalau belum ada izin dari petugas di bandara. Petugasnya masih berurusan dengan perubahan waktu.

Semua kejadian harus dicatat dengan waktu yang benar. Tanggal berapa. Pukul berapa. Menit berapa. Termasuk pukul berapa pintu pesawat dibuka.

"Bukan hanya dicatat: saat Anda lahir sedang berlangsung hujan abu akibat meletusnya gunung Kelud."

Saking cepatnya proses di imigrasi bandara San Francisco itu sampai-sampai yang menjemput saya salah perhitungan. Tidak masalah. Tidak dikejar waktu.

Udara San Francisco juga lagi sangat segar-sejuk. Menunggu di luar bandara napas terasa lega. Dada terasa menggembung sebesar balon merah yang hampir meletus.

Kali ini saya dijemput Ari Sufiati –yang sudah Anda kenal itu (Disway 20 September 2024: Bonita Sufiati). Dia project manager di Apple. Tinggalnya memang di Silicon Valley. Dekat San Jose. Satu jam dari bandara.

Saya dapat hotel gratis di rumah Mbak Ari. Dua dari tiga anaknya lagi di rumah. Masih ada satu orang lagi: mahasiswa dari Indonesia. Namanya Nicolas Enstanerga.

Nico -begitu dia biasa dipanggil- akan lulus dari prodi robotik dan AI di Universitas Airlangga pada kuartal pertama 2025. Dia angkatan pertama di jurusan itu.

Kaget. Senang. Hahaha. Baru sekali ini kegembiraan ini saya alami: nyaris tidak perlu antre di imigrasi Bandara Internasional San Francisco.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News