Arief Budiman: Posisi Gibran Sebagai Wapres Bukan Ban Serep
Dia menilai Gibran akan tetap berusaha tampil menjadi figur politik sentral melalui permainan simbolik yang selama ini menjadi kekuatan utamanya.
“Terutama untuk membesarkan sosoknya sebagai tokoh populis di kalangan anak muda, yang memang menjadi kekuatan utamanya,” ujar Arief.
Jika Gibran tetap berada di luar pusaran kepartaian, tambah Arief, maka dirinya bisa berperan sebagai penjembatan kepentingan antara parpol-parpol pendukung pemerintahannya selain Gerindra.
Sebagai imbal balik, Gibran bisa mengorkestrasi isu politik praktis secara lebih luas melalui parpol-parpol tersebut.
“Lebih jauh lagi, Gibran akan selalu tampak seksi di mata para parpol sebagai sosok alternatif untuk diusung pada Pilpres 2029 bila pada saatnya nanti mereka tak memiliki kandidat dari internalnya,” kata Arief.
Agar mampu memaksimalkan peran sebagai Wakil Presiden, menurut Arief, Gibran perlu membuka ruang bagi para pemangku kepentingan kebijakan publik dari pelbagai sektor untuk menyampaikan aspirasi, pandangan, bahkan kritik atas proses pembentukan kebijakan publik atau peraturan perundang-undangan di tingkat nasional.
Atau, kata Arief, pendeknya membuat Vice Presidential Collaborative Governance Office.
Gibran, tambah Arief, juga perlu membuka komunikasi strategis dengan para mantan Wakil Presiden.
Chief Political Officer dari Political Strategy Group (PSG) Arief Budiman menilai Gibran sebagai Wapres nantinya tak bisa sekadar posisi ban serep.
- Tak Suka Tempe & Buncis, Gibran Tolak Makanan Bergizi Gratis dari Prabowo
- Sampit Bantul
- MK Hapus Presidential Threshold, Gibran Berpeluang Melawan Prabowo di 2029
- Hasto Tersangka Seminggu setelah Jokowi Dipecat PDIP, Apa Kaitannya?
- Masuk Gang Dame Medan, Wapres Gibran Bagikan Paket Sembako ke Warga
- Antusiasnya Warga Rancameong Antre Pembagian Susu Gratis oleh Wapres Gibran