Arief Poyuono Sentil BI dan BPS
“Ini makin diperumit oleh fakta bahwa penemuan harga di pasar keuangan mungkin sama-sama terganggu dengan lonjakan volatilitas keuangan yang menambah guncangan Covid-19,” tambahnya.
Menurut Arif, kesenjangan informasi yang besar adalah senjata yang tangguh bagi oposisi yang ingin merobek struktur demokrasi.
Dengan tidak adanya data yang dapat diandalkan yang menopang debat publik, disinformasi pun tumbuh subur.
Peredaran informasi yang tidak akurat tentang variabel penting seperti biaya ekonomi dan penyebaran Covid-19, sehingga membesar-besarkan atau meminimalkannya tergantung pada agenda atau tujuan politik tertentu akan jadi lebih mudah.
“Ini adalah tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang membutuhkan sinergi. Setiap orang perlu melakukan bagiannya,” katanya menambahkan.
Ia menilai ada tiga aktor dalam melihat drama ini. Pertama, lembaga statistik nasional dan otoritas publik lainnya termasuk bank sentral.
Sebagai produsen statistik resmi, mereka harus memainkan peran kunci. Mereka harus berusaha untuk menjaga arus informasi seutuh mungkin, bahkan dalam lingkungan yang menantang ini.
Mungkin yang lebih penting, mereka harus menawarkan lebih banyak panduan dari biasanya dalam menafsirkan statistik yang dihasilkan saat gangguan potensial.
Arief Poyuono mengingatkan bila BI dan BPS tidak punya rasa krisis saat pandemi corona, ini akan berdampak besar dengan program Penyelamatan Ekonomi Nasional dan Penanggulangan Covid-19.
- Arief Poyuono: Judi Online Sudah Menjamur sebelum Budi Arie Jadi Menkominfo
- Polda Riau dan BI Perketat Pengawasan Peredaran Uang Palsu Menjelang Pilkada
- Bicara Cadangan Devisa Era Prabowo, Arief Poyuono Singgung Era Mulyono
- Pecahan 10 Ribu Bergambar Rumah Limas Dimemorabilia oleh BI
- Sekjen Gerindra Usul Ekspor Pasir Laut Ditunda, Arief Poyuono: Tidak Elok
- KPK Sinyalir BI dan OJK Menyunat Dana CSR untuk Kepentingan Pribadi