Arimbi Vero
Oleh Dahlan Iskan
Foto: disway.id
Ketidaksempurnaan gerak dansa waltz-nya tertutup dengan gerak humor sang penari --terutama yang diperankan wanita berbaju merah itu. Gerak lucu itu justru menjadikan tari dansa itu sendiri lebih menghibur. Daripada, misalnya, menampilkan pedansa serius.
Apakah wanita itu pedansa profesional yang diselipkan di antara anak-anak rusun?
Sutradara juga sering menyajikan banyak cerita di satu panggung. Tanpa terjadi kontradiksi. Misalnya saat teman-teman Arimbi membantu jualan selendang.
Adegan jualannya justru diwujudkan dalam gerak di background. Adegan utamanya adalah tari lain. Yang menggambarkan kesibukan Taman Fatahillah Jakarta.
Yang seperti itu membuat penonton merasa mendapat sajian menu beragam yang serasi.
Teknik berceritanya pun tidak kronologis --ciri khas lama opera anak-anak. Di Selendang Arimbi banyak dipakai teknik flashback. Atau flashfuture. Bahkan ending ceritanya pun sebuah flashback yang jauh. Yang membuat penonton tidak bisa menebak akhir dari cerita itu.
Sungguh teknik penceritaan yang modern. Seperti novel yang diwujudkan dalam opera.