Arjuno 200.000
Oleh: Dahlan Iskan
Sebenarnya ada satu jenis durian yang ingin saya rasakan di situ: durian Arjuno. Nama itu memang ciptaan Pak Budi sendiri. Daripada durian itu tidak bernama.
Begitu banyak durian lokal yang tidak bernama. Banyak yang enak: ada yang manis, ada yang pahit, ada pula yang di antara manis dan pahit.
Pak Budi mengumpulkan mereka yang tidak bernama itu di kebunnya. Mereka yang tidak bernama itu pun dicoba dibedakan berdasarkan rasa. Ternyata banyak sekali. Hampir 90 jenis. Dicarilah nama yang harus berbeda. Pak Budi akhirnya memilih nama-nama wayang kulit.
Durian lokal yang rasanya terenak dia beri nama "Durian Arjuno" –lelananging jagat: tokoh playboy paling ganteng nan pertapa. Paling ganteng se dunia wayang.
"Pernah salah satunya diberi nama tokoh wayang yang sangat populer, yakni Sengkuni," ujar Damayanti. "Tetapi banyak yang membencinya. Lalu nama Sengkuni dihapus," tambah alumnus Undip Semarang itu.
Meski rasanya tidak kalah dengan Musangking tetap saja harga Arjuno masih kalah. Beda Rp 100.000 per kilogram. Musangking dijual Rp 300.000/kg (termasuk kulitnya). Arjuno Rp 200.000. Sedang durian lokal lainnya Rp 50.000.
Di pintu masuk kebun itu memang ada toko buah. Tidak ada buah impor. Itu toko penjual hasil kebun buah tropis itu sendiri. Kalau pun ada buah dari luar, itu dari kebun rakyat yang dibina Pak Budi.
"Beliau punya Yayasan Obor Tani," ujar Damayanti. Yayasan itulah yang mendidik petani yang ingin bergerak di bidang buah tropis.