Artidjo Alkostar Pernah Diancam Didor Penembak Misterius
jpnn.com - Artidjo Alkostar pensiun sebagai hakim agung. Setelah itu, dia berencana menghabiskan waktu di tiga kota: Jogjakarta, Situbondo, dan Sumenep. Menurut dia, jadi hakim itu, bermimpi mendapat hadiah saja tak boleh.
SAHRUL YUNIZAR, Jakarta
IMAM S. ARIZAL, Sumenep
MENGEMBANG senyum Bagir Manan. Melihat Artidjo sibuk melayani awak media, mantan ketua Mahkamah Agung (MA) itu lantas berkelakar. ”Biasanya hakim agung nunggu ketua MA. Ini ketua MA nunggu hakim agung,” ucap dia, lantas tertawa kecil.
Bagir adalah salah seorang yang dekat dengan Artidjo. Maklum, dia merupakan pimpinan Artidjo ketika mengawali tugas sebagai hakim agung.
Dalam wawancara kemarin, Artidjo juga sempat menyinggung nama Bagir. ”Jadi, saya ini angkatan Pak Bagir Manan yang terakhir. Yang lainnya sudah pensiun semua,” kata dia.
Dalam buku Titisan Keikhlasan, Berkhidmat untuk Keadilan yang diterbitkan MA khusus untuk menghormati jasa Artidjo, nama Bagir turut hadir. Dia menyisipkan kesannya terhadap sosok Artidjo. Tidak panjang. Tapi, cukup.
Menurut Bagir, Artidjo punya modal yang tidak dimiliki banyak hakim agung lainnya. Yakni, pengalaman sebagai praktisi dan teoretisi. Keduanya diperoleh Artidjo sebelum bertugas di MA. ”Menurut saya, penggabungan dua keahlian tersebut merupakan modal yang sangat bagus untuk seorang hakim agung,” kata Bagir dalam buku tersebut.
Artidjo Alkostar cerita pengalaman selama bertugas di MA, paling membekas saat menangani perkara Presiden Soeharto.
- KY Bakal Menindak Hakim Agung yang Terlibat Suap Kasus Ronald Tannur
- Akademisi Antikorupsi Minta Ketua MA Sunarto Wujudkan Peradilan Merdeka dan Bersih
- bank bjb Dorong Pensiunan Berwirausaha Melalui Program bjb Pra-Purnapreneurship
- Gandeng PEPABRI, ASABRI Sosialisasikan Program Hak-hak Pensiun
- Terpilih Jadi Ketua MA, Sunarto Bantah Ada Intervensi Penguasa dan Pengusaha
- KPK Diminta Proses Seluruh Rekening yang Terlibat dalam Kasus Pemotongan Honor Hakim Agung