Arumi Bachsin Khawatir Melihat Pola Hidup Generasi Muda, Ada Bahaya Stunting
“Fenomena mager sudah melekat di remaja. Inilah yang membuat mereka terbiasa dalam pola hidup fast food, padahal, kalau memasak sendiri pasti kebutuhan gizi terpantau dengan baik,” tuturnya.
Arumi melanjutkan kualitas kesehatan dan hidup harus dijaga secara detail sejak dini. Nantinya, saat memasuki usia produktif bisa mengembangkan kemampuan diri dan tidak terhalang apa pun.
Sebab, di usia produktif, banyak yang termasuk pada kategori sangat gemuk ,sehingga menghambat produktivitas diri.
“Itulah pentingnya menjaga makanan minuman yang masuk ke dalam tubuh agar tidak menghambat produktivitas sendiri,” tambahnya.
Lebih lanjut dikatakan persoalan gizi tidak hanya menyangkut stunting, melainkan juga risiko anak kelebihan berat badan atau obesitas.
Konsumsi makanan dan minuman yang tidak terkontrol saat ini banyak terlihat pada anak Indonesia.
Salah satu akibatnya anak menjadi gagal tumbuh karena tidak mendapatkan nutrisi yang tepat.
Pemberian susu kental manis kepada anak yang dalam proses tumbuh kembang, lanjut Arumi, akan menjadi pemicu tersebut.
Arumi Bachsin mengungkapkan kekhawatirannya melihat pola hidup generasi muda. Ada bahaya stunting.
- Mendes Yandri Sebut Dana Desa 2025 Difokuskan untuk Atasi Kemiskinan hingga Stunting
- Ini Aksi Nyata Penerima Beasiswa Pertamina Sobat Bumi dalam Melestarikan Lingkungan
- Kebun Gizi, Solusi Berkelanjutan Atasi Stunting di Morowali Utara
- Dorong Solusi Nutrisi & Kesehatan, Danone SN Hasilkan 50 Riset Sepanjang 2024
- Founder Komunitas Literasi Digital Nusantara Ajak Generasi Muda Terus Berinovasi
- Pertamina Patra Niaga Regional JBB Resmikan Bale Karesmen