Matinya Demokrasi di Kamboja
AS Beri Label Diktator, Tiongkok Malah Jadi Donor
jpnn.com, PNOM PENH - Kamboja merapatkan diri dengan sekutunya, Tiongkok. Kemarin, Rabu (29/11) Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Sen bertolak ke Negeri Panda tersebut.
Hun Sen tidak sekadar berkunjung untuk mencari dukungan atas pemerintahannya. Dia menawari agar Tiongkok berinvestasi di negaranya sekaligus mencari kucuran bantuan untuk menambal anggaran yang sebelumnya didanai oleh negara-negara Barat.
Rencananya, Hun Sen menghadiri pertemuan yang digelar oleh Partai Komunis Tiongkok mulai hari ini hingga Minggu (3/12). Mantan Komandan Khmer Merah tersebut juga dijadwalkan untuk bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping.
’’Tujuan pertemuan itu adalah mendiskusikan bantuan serta investasi dengan Xi dan investor Tiongkok untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja di Kamboja,’’ ucap Sry Thamrong, ajudan Hun Sen, sebelum bertolak ke Tiongkok.
Dia menegaskan bahwa pemerintah Kamboja membutuhkan investor untuk membangun beberapa jembatan di Sungai Mekong, berbagai ruas jalan, kereta api, dan kereta gantung.
Tiongkok selama ini merupakan donor dan sekutu terbesar Kamboja. Sebagai bukti, saat berbagai negara mengkritik Hun Sen dan melabelinya sebagai diktator, Tiongkok justru memberikan dukungan. Versi Tiongkok, yang dilakukan Kamboja adalah usaha untuk melindungi stabilitas politik.
’’Tiongkok yakin pemerintah Kamboja bisa memimpin rakyatnya untuk mengatasi tantangan di dalam dan luar negeri serta akan menggelar pemilu tahun depan dengan lancar,’’ ujar Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi pekan lalu saat menanggapi pembubaran Cambodia National Rescue Party (CNRP) milik oposisi.
Kamboja memang harus bermanuver agar ada bantuan lain yang masuk ke negaranya. Sebab, setelah CNRP bubar dan tokoh-tokoh oposisi ditangkap, Kamboja mendapatkan tekanan dari banyak pihak.