AS jadi Korban Harapan Palsu Israel
jpnn.com - JERUSALEM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terang-terangan menolak tawaran bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Menurut rencana, Netanyahu menghadiri event American Israel Public Affairs (AIPA) di Washington, yang diselenggarakan mulai 20 hingga 22 Maret. White House pun menawarkan pertemuan antara Netanyahu dan Obama pada 17–18 Maret, sebelum presiden AS tersebut berangkat ke Kuba.
Gedung Putih pun awalnya yakin bahwa tawaran itu akan disambut hangat. Apalagi, sebelumnya, Netanyahu menyatakan bersedia menerima kunjungan Wakil Presiden AS Joe Biden ke Israel. Bahkan, dia menyebutnya sebagai momentum untuk memperbaiki hubungan kedua negara.
Namun yang terjadi? AS menjadi korban harapan palsu Israel. "Kami menunggu pertemuan tersebut. Tapi, kami terkejut ketika membaca berita bahwa PM tidak mau menerima undangan kami. Bahkan membatalkan kedatangannya,” kata Ned Price, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Selasa (8/3).
Netanyahu akhirnya tak mau ke berangkat ke AS. Ada banyak alasan yang diungkapkannya ke media Israel. Salah satunya, Netanyahu enggan tersangkut isu-isu menjelang pemilihan presiden di Negeri Paman Sam.
Hubungan kedua negara memang merenggang sejak setahun lalu. Tepatnya sejak AS dan Iran mencapai kesepakatan tentang pembatasan akses pembuatan bom nuklir oleh negara yang selama ini menjadi musuh berat Israel. Dengan pembatasan itu, sanksi internasional terhadap negara yang dipimpin Presiden Hassan Rouhani tersebut bisa dicabut. (Reuters/CNN/c11/any/adk/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Kemlu RI Berharap PM Israel Benjamin Netanyahu Segera Ditangkap
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer