AS Siapkan Syria Masa Depan Pasca-Assad
Rabu, 21 September 2011 – 07:07 WIB
Selama ini minyak merupakan komoditas ekspor utama Syria di pasar Eropa. Sekitar 90 persen minyak dari Syria diekspor ke Eropa. Lewat penghentian perdagangan minyak dengan Syria, negara-negara Eropa berharap bisa memberikan tekanan jauh lebih besar pada rezim Assad. Tekanan tersebut diharapkan bisa memaksa putra mendiang Presiden Hafez al-Assad tersebut lengser.
Apalagi, saat ini Assad dilaporkan makin terdesak. "Kami yakin bahwa kali ini dia benar-benar telah tersudut. Intelijen Barat menyatakan bahwa Assad sudah tak mampu lagi memimpin," papar Ray Takeyh, analis senior Timur Tengah pada Council on Foreign Relations (CFR).
Jika Assad ngotot berkuasa, Syria akan jatuh ke krisis yang makin pelik. Kekerasan akan terus terjadi di negara itu. Saat ini satu-satunya negara yang secara terang-terangan mendukung Syria adalah Iran. Tetapi, awal bulan ini Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengontak Assad dan menyarankan agar dia berhenti menggunakan kekuatan militer untuk menindas oposisi.
WASHINGTON - Perjuangan oposisi Syria untuk mengakhiri rezim Presiden Bashar al-Assad belum juga membuahkan hasil. Meski begitu, Amerika Serikat
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- 9 Negara Bersatu Demi Mendukung Hak Palestina, Indonesia?
- Trump Tidak Bercanda soal Greenland, Simak Penegasan dari Menlu AS Ini
- Pesawat PSA Airlines dan Heli Militer Tabrakan di Udara, Donald Trump Murka
- Pengungsi Bikin Repot, Mesir Tolak Wacana Relokasi Warga Gaza
- Gerak Cepat, Malaysia & Jepang Berkolaborasi untuk Membangun Kembali Gaza
- Waka MPR Sebut Usulan Trump soal Relokasi Warga Gaza sebagai Upaya Pembersihan Etnis