Gunung Agung Erupsi
Asalkan Masih Bersama-sama, Kabar Buruk pun Tidak Masalah
Alhasil, perbedaan itu membuat para sesepuh sempat gusar. Sempat tidak ingin berlama-lama, Ngurah Ma dan anak muda lainnya berhasil meyakinkan mereka.
Bahwa berada di Besakih tidak akan lebih baik. Sebab, jika Gunung Agung meletus, mereka langsung terimbas.
Bagaimana tidak, desa tempat mereka lahir itu berada tidak lebih dari 6 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung.
Selain itu, desa mereka masih salah satu kawasan rawan bencana (KRB). Yang sejak Gunung Agung berstatus awas harus kosong.
’’Kami tidak neko-neko. Kata pemerintah ngungsi, kami ngungsi,’’ ucap Ngurah Ma.
Meski harus jauh dari rumah dan tinggal alakadarnya, tidak masalah. Selama bersama-sama, mereka selalu bahagia.
Apalagi puluhan anak usia sekolah yang turut serta dalam rombongan keluarga berjumlah 119 jiwa itu tetap bersemangat belajar meski harus beberapa kali berpindah sekolah.
’’Masa depan anak-anak itu yang paling penting bagi kami,’’ kata pria bertubuh gempal tersebut sampil menunjuk wajah-wajah lugu yang tengah tertidur lelap.
Pidada yang ketika itu berusia 12 tahun tak mungkin lupa karena bertepatan dengan itu, Gunung Agung meletus.
- Lereng Gunung Agung Terbakar, Petugas Kesulitan Memadamkan Api
- Tersesat di Gunung Agung, WN Amerika Serikat Dievakuasi Basarnas Bali
- WN Rusia Ini Berbuat Tak Senonoh di Puncak Gunung Agung, Keterlaluan
- Pekik Merdeka di Puncak Pulau Dewata Pada Hari Pertama 2022
- Malam Tahun Baru, Hasto Mendaki Gunung Agung Mendoakan Bu Mega dan Pak Jokowi
- Menakjubkan, Gunung Agung Berpayung Awan, Semoga Pertanda Baik