ASEAN Mulai Susun Rencana Strategi MEA 2026-2030, Begini Usulan Indonesia
jpnn.com, VANG VIENG, LAOS - Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) Netty Muharni memimpin delegasi Indonesia dalam pertemuan ke-3 Working Group on AEC Post-2025 digelar di Vang Vieng, Laos, Senin (19/2).
Ini merupakan bagian dari pertemuan Gugus Tugas Pejabat Tinggi Bidang Integrasi Ekonomi ASEAN/High Level Task Force on Economic Integration (HLTF-EI).
Agenda utama pertemuan ini adalah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2026-2030, sebagai bagian dari dokumen Visi ASEAN 2045.
Dalam pertemuan ini disepakati guideline Renstra MEA 2026-2030, yang akan digunakan sebagai panduan dalam penyusunan Renstra masing-masing sektor dan pelaksanaan End Term Review (ETR) Cetak Biru MEA 2025.
“Sekretariat ASEAN perlu memfinalisasi template matriks agar lebih jelas untuk segera diedarkan kepada badan sektoral untuk menjadi panduan dalam pelaksanaan ETR maupun penyusunan Renstra sektoral,” kata Asdep Netty dalam keterangan yang terima, Sabtu (23/2).
Netty menyampaikan Renstra MEA 2026-2030 yang diusulkan akan terdiri dari lima elemen utama, yakni Strategic Goals, Objectives, Strategic Measures, Activities, dan Performance Measures.
Indonesia juga mengusulkan mekanisme reviu terhadap elemen Objectives, Strategic Measures, Activities, dan Performance Measures untuk dilaksanakan secara periodik lima tahunan.
Sementara itu, elemen Strategic Goals akan dilakukan reviu pada 20 tahun ke depan atau jika diperlukan.
Usulan ini dapat disepakati oleh ASEAN.
Delegasi Indonesia yang dipimpin Netty Muharni dari Kemenko Perekonomian memimpin pertemuan yang membahas penyusunan rencana strategi MEA 2026-2030
- Mendes PDT Yandri Susanto Lihat Potensi Besar Desa Ada di Sini
- AS Optimistis Kembangkan Kerja Sama Ekonomi dengan Pemerintahan Baru
- Indonesia Siap Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Berkelanjutan dari AS
- 44 Pemimpin Muda Asia Tenggara Berkumpul Dalam AYF 2024
- Tegas, YLKI Tolak Kenaikan PPN 12 Persen
- Transaksi Modal dan Finansial Melonjak, Neraca Pembayaran Indonesia Surplus