Asep Kambali, Pendiri Komunitas Historia Indonesia Jakarta
Tak Sangka Bisa Datangkan Penghasilan Puluhan Juta
Rabu, 20 Juni 2012 – 00:02 WIB
Ada paket Wisata Kota Tua, Jejak Arab di Batavia, Chinatown Journey, Marunda Jejak si Pitung, Independency Day Trip, Tour de Busway, Historical Island Adventure, dan Night at The Museum. Di luar itu, tersedia paket khusus yang disesuaikan dengan keinginan klien, biasanya kelompok atau perusahaan.
Misalnya paket Chinatown Journey. Paket itu minimal diikuti sepuluh orang untuk rombongan pribadi dan 25 orang untuk perusahaan, sekolah, atau kampus. Perjalanan selama empat jam tersebut dimulai dari Taman Fatahillah menuju Chinatown, Pasar Asemka, Pasar Patekoan, rumah keluarga Shouw, SMA 19 Cap Kau, Jalan Toko Tiga, Kelenteng Toa Sai Bio, Kelenteng Jin De Juan, dan Pasar Pancoran. Tur bisa ditempuh dalam dua opsi: jalan kaki atau berkendara dengan sepeda. Jarak tempuhnya tidak terlalu jauh, sekitar 6 km.
Semua tempat itu merekam sejarah panjang warga etnis Tionghoa di Jakarta, yang dulu bernama Batavia. Sebut saja SMA 19 Cap Kau di pinggir Jalan Perniagaan. Bukan sekolahnya yang bersejarah tinggi, melainkan bangunan yang digunakannya.
Di sanalah markas Tiong Hoa Hwe Koan (THHK), perhimpunan Tionghoa modern pertama yang didirikan pada 17 Maret 1900. Pendiri organisasi itu adalah Lie Kim Hok dan Phoa Keng Hek.
Asep Kambali pernah merasa tidak suka dengan mata pelajaran sejarah. Tapi, dalam setahun, semua berubah. Bahkan, di kemudian hari, dia mendirikan
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara