Asing Kuasai Industri Cokelat
jpnn.com - JAKARTA - Industri pengolahan biji kakao (cokelat) sejak lima tahun terakhir sudah dikuasai asing. Dari total produksi 539 ribu ton cokelat per tahun, sekitar 404 ribu ton dihasilkan dan dikelola perusahaan-perusahaan asing.
"Total kapasitas giling semua pabrik pengolahan biji kakao di Indonesia 539 ribu ton per tahun. Dari jumlah itu, hanya 135 ribu ton biji kakao yang diolah perusahaan lokal. Jadi 75 persen dikuasai perusahaan multinasional, terutama dari Uni Eropa," ujar Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhefi Sikumbang Selasa (15/4).
Minimnya investor lokal yang masuk ke pengolahan biji kakao disebabkan keterbatasan dana. Investasi untuk pendirian pabrik cokelat cukup besar. Selain itu, perusahaan lokal sulit mencari pasar.
"Perusahaan asing biasanya sudah punya brand kuat di pasar internasional," tuturnya.
Meski cukup banyak industri cokelat di tanah air, pihaknya mencatat produksi biji kakao di dalam negeri terus menurun dalam delapan tahun terakhir.
"Pada 2006 pernah produksi tertinggi 620 ribu ton. Sejak saat itu produksi tidak stabil. Apalagi banyak pohon kakao yang sudah tua dan perubahan iklim yang ekstrem," sebutnya.
Zulhefi menuturkan, pertama kali penanaman kakao secara massal terjadi pada kurun waktu 1980-an hingga 1995. Indonesia sempat menjadi produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.
"Tapi mulai 2006, produksi naik turun sampai sekarang hanya 450 ribu ton per tahun," tambahnya.
Produksi biji kakao dan turunannya asal Indonesia diekspor ke berbagai negara. Sebagian besar diserap Malaysia sebagai bahan baku industri makanan cokelat skala global.