Askobi, Wadah Perjuangan Korban Bom Terorisme di Indonesia
Hilang Dendam, Anggap Keluarga Pengebom Juga Korban
Kamis, 04 Maret 2010 – 01:41 WIB
"Kami beberapa kali menghadiri acara di luar negeri. Seperti konvensi anti terorisme PBB di Washington, di Bogotta, bahkan beberapa bulan lalu kami juga ke Jordania untuk acara organisasi serupa di sana," katanya.
Menurut Wahyu, anggota Askobi tak ingin menadah tangan pada pemerintah. Mereka sadar, dana dari pemerintah terbatas, ditambah lagi tidak ada lembaga atau kementrian khusus yang mengurusi korban. "Kalau dibilang kurang ya jelas sangat kurang. Pemerintah kan berpikirnya setelah keluar dari rumah sakit ya sudah. Padahal beban setelah keluar itu justru yang lebih besar," katanya.
Dia mencontohkan, banyak korban yang kehilangan pekerjaan karena cacat permanen. Belum lagi, anak dan istri mereka yang trauma secara psikologis. "Rata-rata orang Indonesia masih menilai kompetensi seseorang dari fisiknya, padahal sebenarnya kemampuan mereka tidak hilang. Ini yang berusaha kita bantu," kata Wahyu.
Pemulihan trauma, kata dia, juga akan lama jika mengandalkan psikolog atau terapi dari orang luar. "Tapi, kalau bicara dengan sesama korban akan lebih mudah, akan lebih bebas dan sama-sama empati," katanya.
Jumlah korban selamat aksi pengeboman di Indonesia sejak 2002-2009 mencapai 570 orang. Mereka kini punya organisasi yang bisa digunakan sebagai wadah
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408