Askobi, Wadah Perjuangan Korban Bom Terorisme di Indonesia
Hilang Dendam, Anggap Keluarga Pengebom Juga Korban
Kamis, 04 Maret 2010 – 01:41 WIB
Mengapa rumah sakit? Menurut Wahyu, mayoritas korban peledakan butuh bantuan advokasi sesaat setelah mereka masuk RS. "Pihak RS akan menanyakan siapa yang menjamin, siapa yang membayar, identitas dan lain-lain. Padahal mereka dalam kondisi jauh keluarga, maka kami menyediakan diri membantu mereka," katanya.
Pada peristiwa 2003, korban-korban yang terlantar itu jumlahnya cukup banyak. "Kalau di ground zero, petugas evakuasi dan warga sekitar pasti banyak yang cepat datang, tapi begitu masuk RS tidak ada yang menemani korban. Nah, kami berupaya memudahkan urusan itu," katanya.
Prioritas program Askobi tahun ini adalah memandirikan korban. "Kami berencana membantu teman-teman yang tidak bisa bekerja sebagai pegawai untuk diberi modal kerja. Rencananya tahun ini, mudah-mudahan sudah bisa," katanya.
Namun, korban yang akan diberi modal kerja itu harus benar-benar enjoy dan nyaman dengan usaha yang akan dipilihnya. "Supaya berhasil mereka harus melakukannya dengan senang hati," katanya.
Jumlah korban selamat aksi pengeboman di Indonesia sejak 2002-2009 mencapai 570 orang. Mereka kini punya organisasi yang bisa digunakan sebagai wadah
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408