Assad Nyatakan Perang, TV Pro-Pemerintah Diserang
Kamis, 28 Juni 2012 – 15:31 WIB
Dalam jumpa pers kemarin, Zohbi menyatakan bahwa serangan itu merupakan salah satu bentuk pembantaian yang bertentangan dengan kebebasan pers. "Kelompok teroris di balik semua aksi ini," tudingnya merujuk pada kelompok oposisi bersenjata. Selama ini rezim Assad selalu menyebut kelompok oposisi bersenjata sebagai teroris.
Namun, oposisi membantah keras tuduhan rezim Assad. Mereka menegaskan bahwa oposisi tidak pernah menarget media kendati sering diberitakan negatif oleh Al-Ikhbariya. Selama ini, oposisi menilai media propemerintah sebagai kepanjangan tangan rezim Assad. Mereka juga mengatakan bahwa Syria tidak pernah memiliki kebebasan pers karena Assad lah yang mengendalikan semuanya.
Beberapa jam sebelum serangan itu, Assad menyatakan di hadapan kabinet Syria bahwa negerinya telah berada dalam situasi perang. Karena itu, putra mendiang Presiden Hafez al-Assad tersebut mengimbau para menteri kabinet untuk memerangi kelompok antirezim. Imbauan senada juga dia serukan kepada para pejabat pemerintah.
"Saat kita telah berada dalam situasi perang, seluruh kebijakan dan kemampuan yang ada harus dikerahkan demi mencapai kemenangan," tegas Assad seperti disiarkan kantor berita resmi pemerintah Syria, SANA, Selasa malam (26/6). Beberapa serangan sporadis langsung pecah di Kota Damaskus, setelah presiden menyebut Syria berada dalam situasi perang.
DAMASKUS - Krisis politik kian menyeret Syria lebih dalam ke pusaran konflik. Kelompok bersenjata kembali melancarkan serangan mematikan di ibu kota
BERITA TERKAIT
- Kemlu RI Berharap PM Israel Benjamin Netanyahu Segera Ditangkap
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer