Atasi Kebutuhan Mendesak, Bangun Minihidro
Sabtu, 20 Agustus 2011 – 17:32 WIB
Saya membayangkan, kalau listrik Wamena sudah cukup akhir tahun depan, alangkah kian indahnya kota ini. Juga alangkah majunya. Potensi untuk maju sangat terbuka. Lembah Baliem bukanlah lembah yang sempit yang terjepit di sela-sela gunung. Lembah ini adalah lembah yang sangat luas, yang dikelilingi puncak-puncak gunung tinggi. Yang satu, puncak Gunung Ruphius, tingginya 4.070 meter. Satunya lagi, Gunung Van der Villigen, tingginya 3.500 meter. Masih ada gunung lagi, Puncak Trikora, 4.750 meter.
Begitu luasnya lembah ini sehingga potensi untuk berkembang tidak terhambat oleh lahan. Saya perkirakan lembah ini akan mampu menampung kemajuan yang membuatnya berpenduduk satu juta sekali pun. Kalau listrik cukup, hotel-hotel modern akan tumbuh dengan pesatnya. Wisatawan akan berdatangan. Kota ini tidak boleh menjadi miskin. Kemiskinan hanya akan merusak lingkungan dan keindahannya.
Wamena sebenarnya tidak bisa disebut lembah (valley). Dia lebih tepat disebut dataran tinggi (plateu), karena ketinggiannya yang 1.700 meter. Kini Wamena juga tidak bisa dikatakan sebagai kota yang sulit dijangkau. Jumlah penerbangan ke Wamena terus bertambah. Angkutan manusia praktis tidak ada masalah lagi. Yang jadi persoalan tinggal angkutan barang.
Gagasan membangun jalan darat dari arah utara (Jayapura) ke Wamena pernah terwujud pada akhir zaman Pak Harto. Termasuk sudah selesai dibangun jembatan besar di atas Sungai Membaramo yang terkenal itu. Badan jalannya pernah tersambung, tapi hancur lagi karena tidak ada biaya untuk mempertahankannya. Memelihara badan jalan sejauh 600 km (hampir sama dengan Jakarta-Surabaya) memang tidak mudah.
AWAN tiba-tiba datang berduyun-duyun. Jam sudah menunjukkan pukul 12.15 WIT. Berarti sudah satu jam kami bercengkerama bersama penduduk suku Wamena
BERITA TERKAIT