Ataturk

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Ataturk
Patung Ataturk di Antalya. Foto: Reuters

Kekuasan Turki Utsmani pelan-pelan digerogoti dari luar dan mengalami kejumudan dari dalam. Memasuki abad ke-20 Barat makin kuat, dan Perang Dunia I dari 1914 sampai 1918 mengonsolidasi kekuatan politik Eropa.

Sultan Abdul Hamid II menjadi sultan Utsmani terakhir yang berusaha mempertahankan integritas kekuasaannya dari rongrongan internal dan serbuan eksternal.

Abdul Hamid II yang punya integritas tinggi berusaha melakukan reformasi untuk merevitalisasi kesultanan.

Namun, tekanan dari luar dan dalam terlalu kuat. Abdul Hamid II dimakzulkan dan dibuang ke luar negeri.

Kekhalifahan Utsmani resmi dibubarkan pada 3 Maret 1924 dan sebagai gantinya berdiri Republik Turki dengan Mustafa Kemal Ataturk sebagai presiden pertama.

Selama masa-masa terakhir kekhalifahan Turki terjadi pertarungan yang sengit antara kekuatan konservatif, yang mempertahankan kekhalifahan Islam, melawan kekuatan liberal yang memperkenalkan modernisme Barat.

Mustafa Kamal berada pada blok kelompok modern yang berusaha memperkenalkan perubahan radikal untuk mengganti tatanan lama.

Mustafa menganggap bahwa kemunduran Turki terjadi karena pengamalan ajaran Islam tradisional yang konservatif, dan pengaruh budaya Arab yang dianggapnya negatif.

Rencana menjadikan Mustafa Kamal Ataturk menjadi nama jalan di Jakarta mungkin akan mengungkit luka lama.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News