Atmosfer Hutan
Sebab, logika saya, pacet itu biasanya menyerang pendaki terakhir. Pendaki awal membangunkan dari tidurnya, nah di pendaki akhirlah dia menempel dan menghisap darah. Apa yang saya dapati, sensasi suara binatang-binatang di pohon-pohon besar itu mengingatkan saya 30 tahun silam ketika masih tinggal di kampung. Bersahutan membuat irama yang khas berada di belantara. Keringat, tidak bisa dibendung lagi, nerocos dari ujung kepala sampai kaki. Lumayan, fisik dan keseimbangan diuji di Penajam Paser Utara itu, jadi bisa sekaligus berolahraga.
Di puncak, ada pohon besar yang diameternya lebih dari satu meter. Andrew Mitchell dan Mark Canning juga merasakan sensasi “nekat” di hutan tanpa persiapan peralatan itu. “Luar biasa! Hutan ini bukan hanya milik orang Kalimantan, bukan juga milik orang Indonesia. Tetapi milik masyarakat dunia, karena itu harus dijaga kelestarian dan keberlangsungannya,” kata Andrew, yang berkacamata dengan warna wajah memerah, seperti udang rebus itu.
Mereka yakin akan komitmen Indonesia dalam mengantisipasi climate change, dengan menjaga hutan alam. Perasaan itu bertambah kuat ketika diajak menanam bersama di memorial garden yang dibuat di base camp km 36. Lalu diperkuat lagi dalam dialog dengan Supardi dan Jimban, masyarakat di sekitar hutan yang antusias menjaga hutan. “Lestarikan hutan untuk masa depan dunia,” ucap Andrew yang juga United Kingdom Secretary of State itu.
Dalam irama orchestra alam, celometan burung dan ocehan serangga itu saya sedikit kesal. Kenapa dulu kita dijajah Belanda? Bukan Inggris? Ini yang mengeksploitasi kekayaan alam kita adalah Belanda, tetapi yang mensupport perjuangan mengembalikan hutan yang tak berhutan, menjaga emisi, dan peduli dengan climate change, justru Inggris? Yang salah seorang jenderalnya -- Brigadir Jenderal Mallaby, pengganti Mayor Jenderal Robert Mansergh, pernah tewas ditusuk dengan bambu runcing oleh arek-arek Surabaya?
Justru Inggris yang saat ini mendorong komitmen implementasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), agar setiap kayu yang dijual di seluruh dunia, diketahui asal usulnya? Justru Inggris, yang komit mendorong Forest Law Enforcement and Governance (FLEG), sebagai lanjutan konferensi tingkat menteri Asia Timur tahun 2002? Yang serius memerangi illegal logging dan perdagangan kayu liar? Kok Inggris yang lebih peduli?
Justru Inggris yang getol mengembangkan kerjasama implementasi program REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation)? Pantesan negara-negara commonwealth seperti Singapore, Hongkong, Australia dan Malaysia, jauh lebih tertata, lebih maju? Sampai-sampai dalam sebuah sambutan, Menhut Zulkifli Hasan juga mengungkapkan nasib sial sejarah penjajahan itu. Ah, sudahlah, buat apa menyesali masa lampau? Hanya menimbun residu sakit hati saja? Yang penting, belajar dari sejarah untuk menatap optimisme masa depan? Hidup Merah Putih! (*)
* Penulis adalah pemimpin redaksi-direktur Indopos, dan wadir Jawa Pos.
PAGI itu mendung menghiasi langit Balikpapan, Kaltim. Saya ingin merasakan atmosfer hutan tropis yang sering Menhut Zulkifli Hasan ceritakan itu,
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Batal Didatangi Massa Buruh, Balai Kota DKI Lengang
- Jangan Menunggu Bulan Purnama Menyapa Gulita Malam
- Dua Kali Getarkan Gedung, Bilateral Meeting Jalan Terus
- Agar Abadi, Tetaplah Menjadi Bintang di Langit
- Boris Yeltsin Disimbolkan Bendera, Kruschev Seni Kubisme
- Eskalator Terdalam 80 Meter, Mengusap Mulut Patung Anjing