Atmosfer Piala Dunia Menguat, Protes Jalan Terus

Atmosfer Piala Dunia Menguat, Protes Jalan Terus
Atmosfer Piala Dunia Menguat, Protes Jalan Terus

PUTARAN final Piala Dunia 2014 di Brasil semakin dekat. Atmosfer Piala Dunia di Negeri Samba tersebut juga semakin kuat terasa. Namun, di sisi lain, gelombang protes terhadap pelaksanaan pesta sepak bola terbesar sejagat itu juga terus bermunculan.
----------
Laporan AGUNG PUTU ISKANDAR dari Recife
----------
Selasa waktu setempat (29/4) sekitar seribu orang menggelar demonstrasi di Sao Paulo. Peserta aksi didominasi tunawisma. Mereka turun ke jalan karena kecewa terhadap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat miskin.

Rencana menambah perumahan dan pengembangan fasilitas publik di Sao Paulo, menurut mereka, tertunda gara-gara proyek Piala Dunia.
 
Massa memusatkan aksi di kawasan Balai Kota Sao Paulo. Gesekan dengan petugas keamanan tak terhindarkan. Polisi terpaksa menembakkan gas air mata untuk meredam aksi massa yang mulai menjurus anarkistis. Sao Paulo adalah salah satu di antara 12 kota tuan rumah Piala Dunia 2014. Laga pembuka pada 12 Juni mendatang dihelat di kota berpenduduk 11 juta orang tersebut.
 
Sementara itu, kehebohan Piala Dunia 2014 Brasil mulai terasa di kota-kota tuan rumah tempat laga digelar. Tak terkecuali di Recife, ibu kota Negara Bagian Pernambuco, yang akan menjadi tempat digelarnya lima laga Piala Dunia 2014. Toko-toko setempat mulai menjual merchandise (suvenir) bergambar sang maskot Fuleco.
 
Fuleco tampil dalam berbagai bentuk suvenir. Mulai topi, kaus, gantungan kunci, payung, hingga sepatu dan sandal. Bermacam aksesori itu tersedia tidak hanya di toko resmi pakaian olahraga di mal, tapi juga di toko-toko kelontong di kawasan pertokoan kota hingga toko di stasiun dan terminal. Salah satunya yang ditemui Jawa Pos di Rodoviaria de Recife yang merupakan terminal bus dan stasiun metro.
 
Fuleco dijual dalam bentuk topi. Topi tersebut dibuat mirip maskot yang sejatinya berupa hewan langka Brasil armadillo. Warna dominan kuning serta di kedua sisi kanan dan kiri terdapat tangan mungil Fuleco. Jika dipakai, dua tangan itu akan ikut bergoyang mengikuti langkah kaki pemakai.
 
Topi Fuleco dibanderol BRL 50 atau setara Rp 250 ribu. Meski dijual di tempat umum, barang-barang tersebut adalah merchandise resmi. "Harganya bisa turun sampai BRL 45 (Rp 225 ribu). Tapi tidak bisa lebih rendah lagi," kata Antonio Carlos, karyawan toko tersebut.
 
Antonio mengungkapkan, semakin dekat hari pelaksanaan event, peminat suvenir Piala Dunia terus meningkat. Untuk topi Fuleco itu, dalam sehari sekitar sepuluh yang laku. Sebagian besar yang diminati adalah suvenir tak resmi dalam bentuk kaus dan gantungan kunci. "Harganya lebih murah," katanya.
 
Penjualan merchandise Piala Dunia sudah mulai digelar dua tahun lalu. Namun, jumlah pembelian baru meningkat signifikan sejak memasuki 2014. Meskipun banyak kritik terkait dengan pembangunan venue yang melanggar deadline, daya tarik Piala Dunia tak membuat penjualan suvenir surut. Apalagi, FIFA juga menggandeng banyak pihak untuk penjualan merchandise hingga perusahaan-perusahaan lokal. Termasuk di Indonesia.
 
Penjualan merchandise itu belum termasuk yang dikeluarkan sponsor apparel tim-tim peserta. Nike misalnya. Perusahaan asal Amerika Serikat itu mengungkapkan bahwa permintaan terhadap merchandise keluaran Nike terus meningkat. Bahkan, dalam kuartal kemarin mereka mengalami peningkatan penjualan di luar perkiraan. Permintaan banyak terjadi di Tiongkok dan Eropa Barat.
 
Seperti dilaporkan New York Times, total pendapatan Nike meningkat 12,7 persen hingga USD 6,97 miliar (Rp 80,4 triliun). Padahal, sejumlah analisis memperkirakan kenaikan pendapatan itu hanya sampai pada USD 6,69 (Rp 77,2 triliun).

Pendapatan dari merchandise diperkirakan bakal terus meningkat jelang Piala Dunia yang tinggal 42 hari lagi. Apalagi, secara global, permintaan produk Nike untuk Maret hingga Juli 2014 -saat pelaksanaan Piala Dunia- meningkat hingga 14 persen.
 
Namun, derasnya penjualan tersebut diikuti kabar buruk soal Fuleco. Armadillo, binatang yang menjadi sang maskot, ternyata tidak menikmati pendapatan penjualan citra dirinya. Padahal, penunjukan maskot tersebut bertujuan untuk mengampanyekan kesadaran terhadap spesies yang terancam punah itu.
 
Nama Fuleco diambil dari Futebol dan Ecologia. FIFA berkomitmen bahwa keuntungan penjualan akan diberikan untuk penyelamatan armadillo. Padahal, sudah dua tahun penjualan merchandise Fuleco berjalan.
 
"Kampanye memang berjalan baik. Banyak orang Brasil yang mulai menyadari bahwa binatang ini terancam punah. Tapi, tidak banyak dana yang dikucurkan untuk menyelamatkannya," ungkap aktivis lingkungan hidup Rodrigo Castro yang terlibat langsung dalam konservasi armadillo jenis three-banded armadillo, yang hanya hidup di Brasil bagian timur laut, kepada AP. (*/c9/ca)
 
 

 


PUTARAN final Piala Dunia 2014 di Brasil semakin dekat. Atmosfer Piala Dunia di Negeri Samba tersebut juga semakin kuat terasa. Namun, di sisi lain,


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News