Atmosfer Spesial Balapan Formula 1 di Melbourne
Ferrari lagi-lagi paling ’’profesional’’. Gelas kertasnya berlabel Kuda Jingkrak. Bahkan, sachet gulanya berlabel tim!
Mana yang paling enak? Ternyata urutannya mirip dengan tingkat kesuksesan dan ’’kekayaan’’ tim. Mohon maaf, di ujung Manor, rasa kopinya biasa banget…
Dalam hal memotret, karena sendirian di tempat baru, maka harus siap dengan perencanaan kuat. Bersama Azrul, saya setiap hari membuat plan. Jam berapa, foto siapa, posisi di mana, dan lain-lain. Alhasil, momen-momen penting tidak terlewatkan, walau belum tentu maksimal.
Perencanaan sangat penting di Albert Park. Berbeda dengan sirkuit permanen yang menyediakan shuttle bus keliling dan jalur khusus fotografer, sirkuit taman kota ini memaksa kita untuk lebih banyak jalan kaki ke titik-titik yang diinginkan. Bukan salah penyelenggara, memang struktur sirkuitnya berbeda.
Di beberapa spot, tidak banyak tempat bagi fotografer untuk berbagi. Jadi, harus pula belajar sabar dan mengantre. Kalau mau cepat datang, ya lebih cepat dapat.
Cuaca musim gugur sendiri juga agak membingungkan. Saya menyebut Kota Melbourne sedang ’’meriang’’. Panas, dingin, panas, dingin terus bergantian.
Saat babak kualifikasi, misalnya. Suhu di awal sesi 31 derajat Celsius, di akhir sesi yang hanya satu jam bisa drop hingga 23 derajat Celsius!
Untung saya bawa banyak batik lengan panjang sehingga tidak terlalu kedinginan dan tidak terlalu kepanasan saat suhu berubah. Ya, batik jadi senjata khas saya setiap hari. Beberapa petugas lintasan terus menyapa ’’Hi Indonesia!’’ ketika saya lewat…
Terhitung sudah hampir 30 kali, Dewo Pratomo meliput balapan Formula 1 dalam 15 tahun terakhir. Baru kali ini dia melakukannya di Australia. Atmosfer
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala