Australia Buang Limbah Radioaktif di Malaysia, Koalisi Pakatan Harapan Pecah

"Kami mendapat dukungan kuat dari pegawai kami dan masyarakat setempat sehingga kami yakin bisa memenuhi persyaratan izin itu," kata juru bicara Lynas.
Pekan lalu CEO Lynas Amanda Lacaze mengatakan optimis "politisasi" Lynas bisa diselesaikan.
Dia menyebut perusahaan ini membelanjakan 200 juta dolar lebih untuk perekonomian lokal setiap tahun.
Nasib Lynas di Malaysia mendapat perhatian di berbagai negara di tengah kekhawatiran bahwa mineral langka ini akan jadi alat bargaining dalam perang perdagangan AS-Tiongkok.
Pada 2010, pasokan mineral jarang Tiongkok ke Jepang tiba-tiba dihentikan selama dua bulan menyusul sengketa teritorial atas Kepulauan Senkaku, yang memicu kemarahan Tiongkok.
Pembangunan pabrik Lynas di Malaysia pada 2011 sebagian besar didanai oleh Jepang yang membutuhkan pasokan berkelanjutan material langka ini.
Tiongkok saat ini memegang monopoli produksi mineral langka, sementara Lynas hanya memproduksi sekitar 13 persen dari pasokan global.
Simak berita selengkapnya dalam Bahasa Inggris di sini.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia