Australia Didesak Lindungi Pemegang Visa Sementara yang Jadi Korban KDRT

Elly percaya, sebagai seorang perempuan yang berpisah dari suami, ditambah dengan tuduhan palsu perzinahan yang dilontarkan oleh mantan suaminya, kembali ke Iran dapat mengakibatkan dia dipenjara atau dibunuh.
"Karena itu tabu, dan semua orang mengira semua masalah ada pada saya, sehingga akan ada bahaya pembunuhan untuk mengorbankan saya," katanya.
"Selain itu, mantan saya mengancam saya [dengan] serangan air keras.
"Saya adalah korban dari baik kekerasan dalam rumah tangga maupun undang-undang imigrasi yang benar-benar membuat saya tidak berdaya dan memperburuk kondisi psikologis emosional saya."
'Ini adalah halaman belakang rumah kita'
Kepala eksekutif InTouch, sebuah pusat pendampingan multikultural yang menentang kekerasan dalam keluarga, Michal Morris, mengatakan situasi seperti Elly sering terjadi, dan kerap kali menjadi lebih rumit jika menyangkut anak-anak yang lahir di Australia.
"Masalahnya terletak pada status visa Anda, jadi status visa Anda menentukan apakah Anda memiliki akses ke Centrelink atau Medicare," katanya, menjelaskan bahwa banyak tempat perlindungan bergantung pada bantuan pembayaran dari Centrelink.
Michal Morris mengatakan wanita yang status visanya bergantung pada pasangannya membutuhkan cara untuk melarikan diri dari hubungan dengan kekerasan tanpa harus meninggalkan Australia.
"Jika Anda berada dalam hubungan yang sah, jika Anda mengalami kekerasan dalam keluarga, Anda harus memiliki kesempatan untuk pulih," katanya.
Ketika Elly, bukan nama sebenarnya, meninggalkan rumah di pinggiran kota Melbourne tempatnya berlindung, dia mengenakan topi lebar dan kacamata hitam besar untuk melindungi diri dari pembalasan mantan suaminya
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia