Australia Diminta Ikut Mengawasi Aksi Densus 88 di Papua
Yuliana Langowuyo, warga Jayapura, Papua, akhirnya bisa berbicara setelah berkali-kali dihubungi oleh ABC Indonesia di tengah koneksi telepon yang sangat buruk akhir pekan lalu.
Setidaknya tiga kali hubungan telepon saat wawancara juga terganggu dan terputus saat direktur Fransiscan Justice, Peace, and Integrity of Creation (JPIC), sebuah lembaga gereja yang bergerak dalam advokasi masyarakat menceritakan kondisi terakhir di Jayapura.
"Internet masih mati. Kalau saya pulang ke rumah saya di Kabupaten Jayapura, di handphone ini tertulis 'Tiada Layanan', jadi untuk telepon and SMS pun tidak bisa."
"Jadi sekarang kami sedang siasati dengan memakai hape yang paling sederhana, Nokia senter, yang hanya bisa SMS dan telepon. Kalau pakai itu baru bisa dapat sinyal baik," tutur Yuliana setengah tertawa.
Koneksi internet 'betul-betul mati atau tidak?'
Jaringan internet di Jayapura dan sekitarnya dilaporkan terputus sejak 30 April lalu.
PT Telkom Indonesia masih memperbaiki kabel laut Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS) ruas Biak-Sarmi yang putus dan mengganggu jaringan internet di Jayapura, Papua.
Namun, Yuliana juga mengatakan masih ada tempat-tempat tertentu di kota Jayapura di mana orang bisa mengakses internet.
Akibatnya, menurut Yuliana, terjadi kerumunan di beberapa tempat karena banyak orang ingin mengakses internet.
Salah satu implikasi dari label teroris yang diberikan Pemerintah Indonesia kepada Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) adalah pelibatan Densus 88 di Papua yang dilatih dan menerima bantuan dari Polisi Federal Austr
- Dunia Hari Ini: Kecelakaan Bus di India Telan Puluhan Nyawa
- Pos TNI dan Polri Diberondong Peluru KKB, Seorang Warga Sipil Tewas
- Datangi Indekos, Densus 88 Antiteror Lakukan Tindakan, Apa yang Didapat?
- Tangkap 3 Terduga Teroris di Sukoharjo, Densus 88 Sita Sajam di Rumah SQ
- Dunia Hari Ini: Setidaknya 10 ribu orang Tedampak Letusan Gunung Lewotobi Laki-laki
- Pendidikan dan Pengalaman Kerja Migran, Termasuk Asal Indonesia, Belum Tentu Diakui Australia