Australia Gencarkan Diplomasi Vaksin Corona, Tiongkok Ingin Indonesia Jadi Pusat Produksi

Pemerintah Australia mencapai kesepakatan dengan perusahaan farmasi Inggris Astrazeneca dan perusahaan lokal CSL untuk pembelian vaksin bagi warga Australia dan negara kawasan.
Melalui kesepakatan itu, Pemerintah Australia bisa mengakses sekitar 85 juta dosis vaksin, jika kedua vaksin yang dikembangkan perusahaan tersebut lolos uji coba untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya.
Negara-negara di dunia kini berlomba mengembangkan dan mendistribusikan vaksin COVID-19, sehingga mendorong terjadinya persaingan strategis.
Sumber ABC di kalangan pemerintah mengatakan pengumuman bersama ketiga menteri ini menunjukkan tekad Australia untuk meningkatkan pengaruh regional pasca pandemi.
Awal tahun ini, Perdana Menteri Scott Morrison menyatakan Pasifik dan negara-negara lain "mengharapkan" Australia untuk membantu negara berkembang dalam memerangi virus ini.
Namun Pemerintah China dan kalangan swasta di sana telah menyalurkan sumber daya yang sangat besar untuk memproduksi vaksin.
Para ahli mengatakan perusahaan China telah mengembangkan empat dari belasan vaksin potensial yang saat ini sedang diuji di seluruh dunia.
Beijing bahkan telah menjanjikan kepada beberapa Filipina, Vietnam dan Laos bahwa mereka akan mendapatkan akses awal ke vaksin yang terbukti berhasil.
Pemerintah Federal Australia mengambil langkah diplomatik yang dramatis dengan mengumumkan komitmen bantuan sebesar 500 juta dolar (sekitar 5 triliun rupiah) untuk vaksin virus corona bagi negara Asia Tenggara dan Pasifik
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Balik Kucing
- Tarif Tarifan
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia