Australia Kecam Serangan Siber Dari China
Pemerintah Australia mengakui ada sejumlah perusahaan di negara ini yang menjadi korban serangan siber dari para peretas yang didukung Pemerintah China. Serangan siber itu bertujuan mencuri kekayaan intelektual.
Pengakuan tersebut disampaikan setelah sebelumnya Departemen Kehakiman AS menuduh dua warga China melakukan peretasan atas petunjuk dari Kementerian Keamanan Negara China.
Ini pertama kalinya Australia menyebut China sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan siber. Sekaligus mengisyaratkan adanya perubahan retorika diplomatik dari Canberra.
Penasihat Keamanan Siber Nasional Alastair MacGibbon mengatakan kelompok peretas menargetkan perusahaan TI di seluruh dunia, yang menyediakan layanan TI untuk perusahaan skala menengah dan besar.
"Serangan ini sangat berani, skalanya besar, dan kemungkinan berdampak pada ribuan perusahaan di dunia. Kami mengetahui sudah ada korbannya di Australia," kata MacGibbon kepada ABC.
Dia tidak menyebutkan nama-nama perusahaan Australia yang jadi korban peretasan. Namun dia mengingatkan pencurian kekayaan intelektual jelas merugikan perusahaan yang jadi korban.
"Pada dasarnya sama dengan mencuri makanan dari rakyat Australia," kata Mr MacGibbon.
Data yang dicuri tersebut, katanya, membantu pelaku untuk bersaing secara lebih unggul dibandingkan negara-negara yang jadi korban.
Pengakuan tersebut disampaikan setelah sebelumnya Departemen Kehakiman AS menuduh dua warga China melakukan peretasan atas petunjuk dari Kementerian Keamanan Negara China.
- Anggota Bali Nine Sudah Bebas dan Kembali ke Keluarga Masing-masing
- Forum Pemuda Indonesia-China: Generasi Muda Jadi Jembatan Kerja Sama
- Dunia Hari Ini: Australia Terbangkan Warganya Keluar Vanuatu
- Australia Juara Menangkap Pengunjuk Rasa Lingkungan
- Lima Anggota Bali Nine Sudah Kembali dan Akan Hidup Bebas di Australia
- Sekolah di Australia yang Menutup Program Bahasa Indonesia Terus Bertambah, Ada Apa?