Australia Menemukan Inovasi Perawatan Luka Bakar Setelah Tragedi Bom Bali

"Sebelum [bom] Bali, ada banyak sumber daya yang sangat berbakat di seluruh Australia, tetapi menyatukan semuanya di bawah satu payung dan mampu merespon di bawah satu payung sangatlah penting," kata Dr Notaras.
Sejak didirikan pada tahun 2004, pusat ini telah menjadi bagian penting saat pemerintah Australia menanggapi bencana kemanusiaan, baik di dalam atau luar negeri.
Dari kebakaran hutan, gempa bumi, hingga wabah penyakit, angin topan, dan tumpahan minyak di lautan Asia-Pasifik, tim dari NCCTRC sudah menyelamatkan ribuan nyawa.
"Untuk Indo-Pasifik dan memang, bagi dunia, kedatangan [petugas dengan] kemeja biru dan celana krem [seragam NCCTRC] sudah dihargai sangat signifikan," kata Dr Notaras.
Ronnie, yang dulu ikut merawat korban selamat bom Bali, sekarang menjadi salah satu manajer di NCCTRC.
Ia mengatakan lembaga tersebut sudah banyak berkembang sejak bom Bali.
"Saya pikir sangat penting untuk mengingat bagaimana itu terjadi dan dari mana kita berasal," katanya.
"Saya sangat bangga saat kita menanggapi [korban bom Bali] selama tiga hari itu. Sungguh luar biasa."
Serangkaian bom yang meledak di Bali telah mengubah Australia untuk menanggapi situasi darurat, terutama dalam perawatan luka bakar
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia