Australia Rasa Syria, Imigran Timur Tengah Keluhkan Lockdown Ketat di Sydney

Kota di Pantai Timur dan berpenduduk 5 juta jiwa itu dalam penguncian.
Sekitar 1,8 juta orang beragam etnis di bagian barat dilarang meninggalkan lingkungan sekitar mereka dan melakukan pekerjaan tatap-muka.
Pekerja berwenang harus menjalani tes setiap tiga hari, dan masker wajib dipakai ketika keluar rumah.
Situasi yang berbeda ditemukan di bagian lain kota itu. Pekerjaan konstruksi dan perawatan gedung dibolehkan, pembatasan pergerakan diterapkan lebih longgar dan masker tak wajib dipakai di luar ruangan.
Sekolah yang ditutup di seluruh kota sejak Juni telah dibuka kembali, kecuali di bagian barat.
"Bahkan (ada) komunitas pengungsi yang datang ke sini 40 tahun lalu, menurut kita bagaimana perasaan mereka dalam situasi seperti ini," kata Elfa Moraitakis, kepala eksekutif SydWest Multicultural Services, yang memberikan perawatan lansia dan layanan permukiman bagi para pengungsi.
"Tentu saja mereka jadi target."
Mervat Altarazi, pengungsi Palestina yang bekerja di SydWest, mengatakan kehadiran polisi dan tentara telah menimbulkan ketakutan pada orang-orang yang mereka layani.
Sejumlah kawasan migran Sydney, yang merupakan terbesar di Australia, menjalani lockdown ketat dan dijaga polisi dan tentara.
- Diterpa Badai Cedera, Timnas Australia Panggil Banyak Debutan
- Gubernur Herman Deru Apresiasi Australia Perpanjang Kerja Sama Kelola IPAL di Palembang
- Kapan Australia Umumkan Skuad untuk Menghadapi Timnas Indonesia?
- Siklon Alfred 'Tak Separah yang dibayangkan', Warga Indonesia di Queensland Tetap Waspada
- Dunia Hari Ini: Angin Kencang Mulai Menghantam Pesisir Timur Australia
- Hal yang Perlu Disiapkan untuk Hadapi Cuaca Buruk, Seperti Siklon Alfred