Australia Rasa Syria, Imigran Timur Tengah Keluhkan Lockdown Ketat di Sydney

Australia Rasa Syria, Imigran Timur Tengah Keluhkan Lockdown Ketat di Sydney
Gedung Opera Sydney. Foto: Reuters

Banyak dari mereka berasal dari negara-negara konflik seperti Irak dan Syria.

"Ini seperti kejutan bagi mereka, karena mereka yakin telah datang di sebuah negara bebas dan mereka mengatakan, 'kami menghadapi situasi yang sama seperti di negara (asal) kami'," kata Altarazi.

"Beberapa dari mereka berkata kepada saya, 'kami bukan virusnya'."

Kepolisian negara bagian New South Wales (NSW) menolak berkomentar, meski mereka pernah mengatakan 300 personel tentara yang membantu "memeriksa kepatuhan" telah dilatih berinteraksi dengan masyarakat dan tidak bersenjata.

Tim Soutphommasane, mantan komisaris federal untuk diskriminasi ras, menyebut Sydney barat sebagai "jantung multikultural Australia".

"Jika kita tak bisa melakukan hal ini dengan benar, kita akan merusak tatanan sosial kota ini di tahun-tahun mendatang," katanya via email.

Penguncian lebih ketat juga telah memberi pukulan ekonomi, yang menurut pemerintah federal dapat berkontribusi pada munculnya resesi kedua dalam dua tahun.

Pemerintah berkuasa tengah menghadapi tingkat dukungan publik paling rendah menurut jajak pendapat, jelang pemilihan umum pada awal 2022.

Sejumlah kawasan migran Sydney, yang merupakan terbesar di Australia, menjalani lockdown ketat dan dijaga polisi dan tentara.

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News