Australia Setop Pengembangan Vaksin COVID-19 Gegara Ada Kasus HIV

Pengembangan vaksin virus corona oleh University of Queensland (UQ) dan CSL dihentikan hari Jumat ini (11/12), setelah ditemukan reaksi positif HIV pada partisipan uji coba.
- Ujicoba vaksin COVID-19 buatan Universitas Queensland dan CSL telah disuntikkan ke relawan sejak Juli
- Namun kekebalan yang dihasilkan oleh vaksin ini diketahui dapat mengganggu uji diagnosa HIV
- Tim peneliti tidak memperkirakan adanya reaksi seperti itu sehingga memutuskan untuk menghentikan pengembangan vaksin ini
Pemerintah Australia rencananya akan membeli vaksin ini sebanyak 51 juta dosis.
Dengan penghentian uji coba, kini Australia menunggu vaksin dari tiga pabrikan negara lain.
Dalam pernyataan kepada Bursa Efek Australia, CSL menyebutkan tidak akan melanjutkan uji coba, namun menekankan jika vaksin tersebut sebenarnya memiliki "keamanan yang meyakinkan".
CSL juga mengatakan para partisipan telah diberitahu sebelum ujicoba dimulai jikaa vaksin ini dapat mengganggu tes diagnostik HIV tertentu.
"Potensi reaksi silang ini telah diantisipasi sebelum dimulainya uji coba," kata CSL.
Profesor Paul Young dari Universitas Queensland (UQ) yang memimpin pengembangan vaksin menjelaskan diperlukan waktu setidaknya satu tahun lagi untuk memperbaikinya.
Pengembangan vaksin COVID-19 oleh University of Queensland (UQ) dan CSL dihentikan hari Jumat ini (11/12), setelah ditemukan reaksi positif HIV pada partisipan uji coba
- Kabar Australia: Pihak Oposisi Ingin Mengurangi Jumlah Migrasi
- Pemerintah Australia Umumkan Anggaran Baru, Ada Kaitannya dengan Migrasi
- Terungkapnya Tindakan Kekerasan di Sejumlah Pusat Penitipan Anak di Australia
- Kabar Australia: Gaji AU$ 100.000 Belum Tentu Cukup untuk Sewa Rumah
- Bagaimana Peluang Timnas Indonesia Lulus Piala Dunia 2026 Seusai Dihajar Australia?
- Timnas Indonesia Kalah Terlalu Banyak, Kluivert: Kami Tak Pernah Menundukkan Kepala