Australia Setop Pengembangan Vaksin COVID-19 Gegara Ada Kasus HIV
Ia mengatakan pihaknya sangat terpukul atas hal ini, karena mereka sudah bekerja selama 11 bulan tanpa henti.
"Tapi begitulah sains. Meskipun keputusan ini sangat berat, tapi kebutuhan mendesak akan vaksin harus menjadi prioritas," katanya.
Photo: Setelah pengembangan vaksin COVID-19 oleh University of Queensland dan CSL dihentikan, Menkes Australia Greg Hunt memastikan pihaknya akan menambah pembelian dan produksi vaksin buatan AstraZeneca. (Supplied: University of Queensland)
Tim peneliti UQ melibatkan 216 partisipan uji coba dan menemukan vaksin tersebut menghasilkan antibodi tambahan yang telah menggagalkan tes HIV, yang mengarah pada hasil positif palsu.
Teknologi penjepit molekuler vaksin UQ menggunakan dua fragmen protein yang ditemukan pada HIV yang digunakan untuk menyatukan bagian penting dari virus SARS-Cov-2, sehingga sistem kekebalan dapat belajar mengenalinya.
Hal ini memungkinkan tim peneliri untuk mempercepat proses pengembangan vaksin, di saat ratusan tim peneliti lainnya di seluruh dunia berlomba untuk menemukan vaksin COVID-19.
Para peneliti UQ mengatakan vaksin ini tidak menimbulkan implikasi kesehatan yang merugikan dan tidak menyebabkan infeksi HIV.
Profesor Young mengatakan tim tersebut tidak mengantisipasi reaksi "positif palsu", menegaskan kembali bahwa teknologi penjepit molekuler aman dan efektif.
Pengembangan vaksin COVID-19 oleh University of Queensland (UQ) dan CSL dihentikan hari Jumat ini (11/12), setelah ditemukan reaksi positif HIV pada partisipan uji coba
- Kasus Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Ada yang Anak-anak
- Kabar Australia: Sejumlah Hal yang Berubah di Negeri Kangguru pada 2025
- Universitas Australia Akan Jadi yang Pertama Gunakan AI di Asia Pasifik
- Dunia Hari Ini: Dua Negara Bagian di Australia Berlakukan Larangan Menyalakan Api
- Lukisan Aktivis
- Australia Membutuhkan Pekerja Lepasan yang Cukup Banyak Menjelang Akhir Tahun