Australia Tak Lagi Membatasi Jam Kerja Mahasiswa Asing di Sektor Rawan COVID-19. Apakah Ini Bentuk Eksploitasi?
Sementara 46 persen lainnya mengatakan mereka sering melewatkan waktu makan karena kendala keuangan.
Ketua National Union of Students (NUS) Zoe Rangathanan secara terpisah mengatakan mahasiswa asing dipaksa memilih antara risiko tertular COVID-19 dan hidup dalam kemiskinan.
Menurut dia, pemerintah dapat mendukung mahasiswa asing secara lebih baik dengan memberikan mereka tunjangan seperti Youth Allowance dan Austudy serta menghapuskan batasan jam kerja di semua sektor.
"Kami tahu bahwa mahasiswa asing masih hidup dalam kemiskinan sehingga tidak masuk akal bila pemerintah membatasi 20 jam untuk bekerja," katanya.
Tak jarang mahasiswa asing harus bekerja lebih banyak agar bisa menutupi biaya kuliah dan hidupnya di sini.
Hal itu dialami mahasiswi asal Filipina Judy Ann Imperial yang bekerja di sektor perawatan lanjut usia.
Dengan adanya penghapusan batasan 40 jam, kini Judy bekerja 76 jam per dua minggu di salah satu panti jompo di Sydney.
Ia mengaku penghasilannya digunakan untuk membayar uang kuliah sekitar $15.000 per semester di jurusan keperawatan University of Wollongong.
Pemerintah Australia telah mencabut batasan jam kerja untuk mahasiswa asing di sektor esensial selama pandemi, namun sejumlah pihak menilai perubahan ini eksploitatif
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata