Australia Ubah Sistem Pengupahan, Petani dan Pemetik Buah Keberatan
"Kalau kita bekerja lebih lama, maka akan bagus untuk semua orang, tapi kita tak bisa berbuat apa-apa, karena itu keputusan pemerintah."
Pemilik kebun jeruk, Leon Caccaviello di New South Wales mengatakan karyawan kasualnya ingin bekerja lebih lama selama masa panen agar bisa mendapat lebih banyak uang.
"Mereka senang bekerja dengan upah kasual, karena bisa kerja 50 sampai 60 minggu seminggu untuk mendapat uang tambahan."
Sejak aturan upah berubah, petani mangga lainnya, Ian Quinn, mencoba agar pekerjanya tidak kerja lembur.
"Setelah mencapai 38 jam seminggu, kita hentikan," ujar Ian.
"Mereka baca komik, bermain billiards, tahun ini kita beli meja billiard tambahan agar mereka tetap terhibur, dan mereka menonton TV."
Ia mengatakan andai saja dirinya memiliki lebih banyak uang, dia dapat membayar pekerjanya untuk kerja lembur.
"Saya rasa semua yang bekerja di industri pertanian berada di posisi yang sama."
Petani, yang sekaligus pemiliki perkebunan buah dan sayur di Australia, serta beberapa pekerjanya mengaku kehilangan pendapatan, akibat perubahan sistem upah
- Dunia Hari Ini: Belgia Memberikan Perlindungan Hak Bagi Pekerja Seks
- Dunia Hari Ini: Mantan Menhan Israel Tuduh Negaranya Ingin Bersihkan Etnis Palestina
- Krisis yang Terabaikan, Kasus Keracunan Metanol di Indonesia Tertinggi se-Dunia
- Pupuk Indonesia Salurkan Pupuk Bersubsidi Kepada Petani, Sebegini Jumlahnya
- Indonesia - Australia Masif Menjalin Kerja Sama Bilateral, Anggota DPD RI Lia Istifhama Merespons
- Soal Rancangan Permenkes, APTI: Petani Bakal Kesulitan Menjual Tembakau