Australia Ubah Sistem Pengupahan, Petani dan Pemetik Buah Keberatan
"Hari ini harga mangga satu kotak di Kawasan Australia Utara sekitar AU$ 22,50 [lebih dari Rp 200 ribu], tapi upah pemetiknya sudah dua kali lipat dibanding tahun 1993," ujarnya.
Photo: Pemilik perkebunan telah membatasi jam kerja para pemetik buah, untuk menghindari pembayaran lembur. (ABC Rural: Daniel Fitzgerald)
Seorang politisi dari Partai Buruh, Murray Watt, mengatakan masalah bayaran lembur sebenarnya tidak akan terjadi, jika ada banyak pekerja yang tersedia di industri hortikultur Australia.
"Masalah utamanya adalah bagaimana mendapatkan jumlah pasti orang yang dibutuhkan untuk memetik buah," ujarnya.
"Saya rasa orang kerja lebih dari 38 jam sehari saat cuaca panas dan lembab sudah selayaknya mendapat uang tambahan."
Tapi Stephen dari perusahaan pertanian Piñata Farms menolak pernyataan Murray.
Menurutnya, saat pemilik kebun kesulitan mendapat warga Australia sebagai pemetik buah, mereka bisa mencari tenaga kerja dari negara-negara Pasifik lewat Program Pekerja Musiman.
"Kita mendatangkan 50 atau 60 pekerja, yang hanya diperlukan selama enam sampai delapan minggu, artinya kita butuh banyak akomodasi dalam waktu singkat," ujarnya.
Petani, yang sekaligus pemiliki perkebunan buah dan sayur di Australia, serta beberapa pekerjanya mengaku kehilangan pendapatan, akibat perubahan sistem upah
- Siapa Saja Bali Nine, yang Akan Dipindahkan ke penjara Australia?
- Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Rembuk Tani jadi Cara Pupuk Indonesia Penuhi Kebutuhan Petani Sragen
- Tampil Cantik di Premiere Wicked Australia, Marion Jola Dapat Wejangan dari Ariana Grande dan Cynthia Erivo
- IFAD Tinjau Program UPLAND di Garut Untuk Tingkatkan Produktivitas & Kesejahteraan Petani