Awal Ramadan Beda, Lebaran Kompak
Kemenag Kukuh Tunggu Sidang Isbat

Pimpinan Majelis dan Pustaka PP Muhammadiyah Mustofa Nahrawardana mengatakan, Muhammadiyah melalui metode hisab sudah bisa menghitung penanggalan Islam untuk tahun mendatang. Dia mengatakan PP Muhammadiyah menggubajan metode hisab dan tidak mengikuti penetapan versi pemerintah. "Karena ini urusan ibadah," kata dia.
Mustofa menjelaskan pihaknya juga dipastikan tidak akan menghadiri sidang isbat Kemenag. Alasannya karena menghindari bahan hinaan ormas Islam lainnya di sidang isbat. "Kejadian ini terjadi pada sidang Isbat 2011. Kami tidak ingin terulang lagi," paparnya.
Wakil Sekjen PBNU Abdul Mun'im DZ menuturkan NU akan mengikuti ketentuan pemerintah. Dia menjelaskan PBNU sejatinya juga memiliki kalender yang didasarkan hisab, seperti milik Muhammadiyah.
"Tetapi dari kalender itu perlu diperkuat dengan penglihatan langsung (rukyat, red)," katanya. Seandainya nanti ada perbedaan, dia berharap tidak menjadi pemecah persatuan umat Islam di Indonesia.
Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kemenag Abdul Jamil belum bersedia berspekulasi tentang penetapan 1 Ramadan maupun 1 Syawal. Termasuk potensi adanya perbedaan awal bulan puasa, "Pemerintah memiliki prosedur sidang isbat. Kita tunggu sampai ada keputusan sidang isbat," katanya. (wan)
BOGOR - Masyarakat Indonesia bakal disajikan fenomena perbedaan penetapan hari penting dalam kalender Islam atau Hijriyah. Sejumlah pakar sudah berkesimpulan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Ancaman Hukuman Oknum TNI AL Pembunuh Juwita Bisa Bertambah
- Perubahan KUHAP Penting, Tetapi Harus Perhatikan Juga Faktor Ini
- Ketua INTI Tangsel Ajak Masyarakat Teladani Semangat Kebangkitan Kristus
- Setiawan Ichlas Disambut Hangat saat Mudik ke Palembang, Lihat Ada Pak Gubernur
- 165 Ribu Kendaraan Tinggalkan Jabotabek saat Libur Panjang 2025
- ISNU Gelar Fun Walk dan Menanam Satu Juta Pohon untuk Masa Depan Bumi