Awal Ramadan Pekan Pertama Mei, Inflasi Lebih Tinggi

Awal Ramadan Pekan Pertama Mei, Inflasi Lebih Tinggi
Daging ayam di pasar. Foto: dok jpnn

BI meyakini inflasi akan rendah dan terkendali dengan perkiraan mendekati 3,2 persen atau 3,1 persen sampai akhir tahun.

’’Kita melihat ekonomi ke depan lebih baik, nilai tukar juga stabil dan cenderung menguat,’’ imbuhnya. Selain optimistis inflasi terkendali, BI juga meyakini sistem keuangan akan terjaga melalui koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). ’’Pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan 5 sampai 5,4 persen,’’ jelasnya.

Sementara itu, inflasi Mei di Jatim tercatat 0,29 persen. Salah satu komoditas yang memicu terjadinya inflasi adalah daging ayam ras. Kepala BPS Jatim Teguh Pramono menuturkan, inflasi tertinggi terjadi di Sumenep 0,69 persen, sedangkan terendah di Kota Kediri 0,05 persen.

’’Kalau dari tujuh kelompok pengeluaran, enam kelompok di antaranya mengalami inflasi dan satu kelompok mengalami deflasi,’’ paparnya (10/6). Kelompok bahan makanan mengalami inflasi tertinggi 0,68 persen.

Kepala Bidang Statistik dan Distribusi BPS Jatim Satriyo Wibowo menambahkan, komoditas daging ayam menempati urutan teratas dari sepuluh komoditas penyumbang inflasi. Pada Mei lalu, harga rata-rata daging ayam ras di Jatim Rp 34.588 per kilogram (kg) atau naik 5,92 persen jika dibandingkan denga April Rp 31.968 per kg.

Dari pantauan di delapan kota, rentang harga daging ayam ras pada Mei mulai Rp 32.357 per kg hingga Rp 36.862 per kg. ’’Kenaikan itu karena permintaannya menjelang Lebaran tinggi,’’ terangnya.

Selain daging ayam ras, komoditas yang menyumbang inflasi, antara lain, angkutan antarkota, apel, gula pasir, telur ayam ras, kentang, cabai merah, kelapa, anggur, dan wortel. (rin/nis/res/c22/oki)

 


Inflasi pada Ramadan yang jatuh pada Mei 2019 memang lebih tinggi daripada inflasi pada Mei 2018.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News