Awas, Ancaman Victory Disease!
Jumat, 24 Desember 2010 – 00:10 WIB
Syahdan, sifat orang Melayu, termasuk orang kita, kadang sangat melodramatik. Gampang memuja-muji, tetapi mudah pula berbalik kesal dan menghujat. Tak beda dengan obyek yang dipuja dan dikritik pun cepat bangkit semangatnya tetapi mudah pula antiklimak menjadi loyo, baik saat dipuja-puji maupun kala antusiasme dukungan penonton itu melemah karena bermain di kandang lawan.
Saya percaya sebuah kesebelasan yang tangguh akan teruji jika bermain di kandang lawan. Meskipun sorak-sorai penonton lebih mendukung kesebelasan lawan, tetapi tim yang bermental kuat setanguh batu karang tidak akan terusik. Sebaliknya malah bagai energy baru karena kehendak membuktikan, “kami lebih unggul.”
Tim tangguh macam itu tak tiba-tiba muncul. Tetapi melalui sebuah proses panjang. Pertanyaannya, apakah timnas kita sudah berproses panjang sehingga sikap mental, pisik dan taktik strategi yang memang standar – bahkan punya keunggulan komparatif yang tak dipunyai lawan -- tidak akan goyang hanya karena sorak-sorai suporter lawan?
Jawabannya tentu kita tunggu di Malaysia. Timnas harus membuktikan bahwa kebangkitan timnas PSSI bukan semata karena “kegilaan” supporter di Indonesia. Tidak juga karena masuknya “darah baru”, Irfan dan Gonzales. Bahkan sama sekali bukan karena factor kebetulan Indonesia bisa menang. Tetapi sesuatu yang terencana dengan matang.