Awas! Gejolak Ekonomi Global Merembet Jadi Bumerang untuk RI
jpnn.com, JAKARTA - Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan pemerintah harus mengambil langkah untuk mereduksi dampak gejolak ekonomi global terhadap Indonesia.
Menurut dia, gejolak ekonomi global dimulai dari krisis energi yang terjadi di China, kemudian krisis logistik di seluruh dunia.
Pasalnya, China dan Amerika Serikat merupakan mitra dagang strategis bagi Indonesia.
"Porsi ekspornya mencapai 34,6 persen dari total ekspor non migas. Setiap ada gangguan dalam rantai pasok mengakibatkan risiko turunnya volume ekspor," ungkap Bhima kepada JPNN.com di Jakarta, Selasa (23/11).
Bhima menyebut saat ini memang ada momentum harga komoditas booming. Namun, di sisi lain jika ekspor terhambat maka dampak tren ekspor komoditas tak akan optimal.
"Dari sisi impor (krisis enegeri, red) lebih berbahaya lagi karena beberapa bahan baku industri di dalam negeri bergantung dari impor China dan ada risiko pelemahan rupiah karena tapering The Fed," ungkap dia.
Bhima menjelaskan secara akumulasi, mahalnya biaya impor akan diteruskan oleh pelaku industri ke konsumen akhir.
Ini berakibat pada inflasi karena naiknya harga barang-barang impor baik karena pelemahan nilai tukar maupun faktor kelangkaan barang di negara asalnya.
Pemerintah diminta mengambil langkah untuk mereduksi dampak gejolak ekonomi global terhadap Indonesia.
- Menteri Teuku Riefky: Ini Sejarah, Mari Bangun Ekonomi Kreatif Indonesia
- Kemendag Dorong Pengusaha Mikro Ekspansi di Pasar Global lewat 'UMKM BISA Ekspor'
- Genjot Ekonomi di Perbatasan RI-Timor Leste, Bea Cukai Gelar Expo di PLBN Motaain
- GRIB Jaya Sebut Kunjungan Prabowo ke China dan AS Berdampak Positif
- Bertemu Pengusaha RRT, Presiden Prabowo: Kami Ingin Terus Bekerja Sama dengan China
- Penyebab Utama Gelombang PHK Massal Terungkap, Industri hingga Ritel Terdampak