Awas! Gejolak Ekonomi Global Merembet Jadi Bumerang untuk RI
Dia menilai inflasi yang terlalu tinggi tentu tidak diharapkan saat terjadi pemulihan ekonomi.
"Inflasi sebesar 4-4,5 persen pada 2022 mungkin jadi momok terbesar bagi hambatan pulihnya daya beli terutama kelas menengah ke bawah," ujar dia.
Oleh karena itu, Bhima menyebut pemerintah perlu melakukan sejumlah langkah.
Pertama, segera amankan pasokan dengan mencari sumber bahan baku alternatif.
"Beberapa bahan baku yang bisa diperoleh dari negara selain China bisa dimanfatkan, atau substitusi impor bahan baku dalam negeri yang didorong," bebernya.
Kedua, lanjut Bhima, memastikan pelabuhan logistik di dalam negeri tidak mengalami kekurangan tenaga kerja seperti yang terjadi di AS.
"Insentif ke sektor pelabuhan harus diberikan untuk memperlancar arus distribusi barang," ungkapnya.
Kemudian, kata Bhima, ketiga, menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil dengan berbagai intervensi moneter dan fiskal.
Pemerintah diminta mengambil langkah untuk mereduksi dampak gejolak ekonomi global terhadap Indonesia.
- Grant Thornton Indonesia Kupas Tuntas Strategi RI Hadapi Tantangan Ketidakpastian Ekonomi
- Kisah Sukses Nasabah PNM Mekaar, Ekspor Olahan Sisik Ikan ke Berbagai Benua
- ICEBM Untar 2024 jadi Sarana Percepatan Pencapaian SDGs untuk Semua Sektor
- Kemenhub Diminta Lebih Bijak soal Pelarangan Truk Sumbu 3 di Hari Besar Keagamaan
- Indonesia Impor Susu Besar-Besaran termasuk dari Malaysia, Peternak Protes
- RI Sulit Mencapai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Kalau Mengandalkan Kapasitas Fiskal