Awas, Harga Roti hingga Mi Instan Terancam Naik
jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah tampaknya harus segera mengantisipasi dampak perang Rusia-Ukraina yang berpotensi mengguncang stabilitas pangan nasional.
Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan pemerintah harus mulai mengantisipasi kenaikan harga gandum yang menjadi bahan baku makanan olahan dalam negeri.
"Efek dari kelangkaan gandum atau terganggunya rantai pasok gandum dari Rusia dan Ukraina bisa membuat produsen meneruskan kenaikan harga gandum kepada konsumen. Artinya, mi instan dan roti, itu harganya akan lebih mahal," kata Bhima di Jakarta, Selasa.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) perlu mencari alternatif pemasok gandum yang berasal dari negara lain seperti Australia, Amerika Serikat, dan China.
Pemerintah juga diminta menjalankan penandatanganan kontrak jangka panjang untuk memastikan pasokan dan harga gandum tetap stabil.
"Peran pemerintah dan Bulog penting untuk membantu dan memfasilitasi importir guna mencari negara-negara yang siap untuk memasok gandum. Kemendag juga diharapkan memfasilitasi importir gandum untuk mengamankan harga," imbuhnya.
Bhima juga menyarankan agar pemerintah melakukan komunikasi dengan pelaku usaha makanan dan minuman olahan agar tidak meneruskan kenaikan harga kepada konsumen.
"Jadi, minta pengertian kepada pengusaha bahwa situasi sekarang tidak semua konsumen siap menerima kenaikan harga karena bisa mempengaruhi daya beli," ujar Bhima.
Konflik Rusia-Ukraina dapat mengganggu rantai pasok komoditas lain seperti minyak bumi dan barang tambang hingga gandum.
- Kadin Apresiasi Kebijakan Tarif PPN 12% Hanya untuk Barang dan Jasa Mewah
- Pemerintah Bakal Sediakan Rp 20 Triliun untuk UMKM hingga PMI
- 5 Strategi Bisnis BNI Menghadapi Tantangan Perekonomian 2025
- Menko Airlangga Ungkap Program Belanja Murah Akhir Tahun Cetak Transaksi Rp 71,5 Triliun
- Meraih Peluang Ekonomi di Tahun 2025
- F-PAN Apresiasi Keberhasilan Pemerintah Mengatasi 10 Tantangan Ekonomi di 2024