Awas! Inflasi April Berpotensi Meroket
Namun, pedagang bisa saja mengenakan tarifnya di atas Rp 11.100.
Yusuf menyebut jumlah ini jika diagregasi tentu akan mendorong kenaikan harga atau inflasi ke arah yang lebih tinggi.
“Meski sumbangan antarsatu komoditas dan komoditas lain akan berbeda tetapi jika terjadi perubahan harga dibandingkan periode sebelumnya ini sudah tentu akan tercatat sebagai inflasi,” jelas Yusuf.
Terlebih lagi, pada saat yang bersamaan terdapat faktor lain seperti efek dari kenaikan harga Pertamax dan seasonal Ramadan.
Kedua faktor itu pada umumnya mendorong kenaikan harga akibat tingginya permintaan barang dan jasa.
Di sisi lain, pelonggaran mobilitas yang diberlakukan pemerintah berkorelasi positif terhadap aktivitas perekonomian yang akan lebih bergeliat dibanding periode sebelumnya.
"Oleh sebab itu, jika permintaan akibat aktivitas perekonomian ini terjadi maka umumnya akan mendorong kenaikan inflasi," tegas Yusuf.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,66 persen pada Maret 2022 yang didorong oleh komoditas cabai merah, bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan, serta minyak goreng.(antara/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai inflasi April 2022 bisa meroket
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul
- Kemensos dan Instansi Terkait Siap Rumuskan Protokol Penggunaan Data Tunggal Kemiskinan
- Tegas, YLKI Tolak Kenaikan PPN 12 Persen
- Dita PKB: Masih Ada Pilihan Selain Menaikkan PPN Demi Menggenjot APBN
- Kanwil Bea Cukai Banten Terbitkan Izin Fasilitas KITE untuk PT Polyplex Films Indonesia
- Tarif PPN Naik Jadi 12 Persen Mulai Tahun Depan, Ini Saran Pengamat untuk Pemerintah
- PPN Jadi 12 Persen Tahun Depan, Begini Imbasnya ke Masyarakat